Never Trust Anyone, Jenderal.

Image Source : angelichugs.blogspot.com
Suatu kali jenderal sedang duduk di serambi rumah, dengan muka yang murung selepas beristirahat daripada kerja. Ia mendapati khabaran yang kurang menyamankan hati. Dia sedikit gusar, tapi dia mencoba untuk tidak ambil peduli.  Nah, pun begitu dia tetap berusaha untuk mengerti maksud daripada khabaran itu. Namun belum lagi dia jumpai jawaban daripada hal ihwal itu. Masih lagi dia biarkan khabaran itu memuai dengan sendirinya.
            ***
Dua hari berselang, perasaan tidak mengenakkan pun masih menghampiri hatinya. Sekarang ia mulai mencari ujung  daripada khabaran dan masalah yang dia dapati sekarang. Memori ingatannya dia mainkan sekencang-kencangnya. Dan, tidak lebih daripada lim belas minit sahaja, dia mendapati punca daripada hal ihwal kemarin semalam dua.
“Rupanya aku salah mempercayai orang”, katanya dalam hati. Kemudian ia keluar dari bilik dan bercerita dengan temannya perihal kejadian dua hari malam itu.
            ***
“Aku turut prihatin, Jenderal. Ini masah sangat pelik, tapi lebih baik kamu beri dia sedikit sumpah serapah, kurasa,” kata Didi, teman curhatnya.
“Ah, tak perlu lah. Aku tak pandai menyemburkankan sumpah serapah. Karena dia satu-satunya teman yang sangat kupercayai setelah sekian lama. Semua rahasia pribadi ku, ku ceritakan padanya. Dan bisa jadi dia juga akan ku kenalkan sebagai first lady dalam hidupku. Sudah berulang kali ku katakan padanya, ada beberapa hal yang menjadi pantangan bagiku, salah satunya hal-hal yang bersifat private, never ask never try to get the information tentang itu dan juga tentang barang-barang pribadi, never touch it.”
Sambil melongok, Didi bertanya, “sesimple itu kah Jenderal?”
“Iya sesimple itu, dan dia tidak menaatinya. Dan aku sekarang harus sangat berhati-hati, never trust anyone, ku rasa.”
“Are you sure, Jenderal?” tanya Didi sambil merangkul tanganku.

Comments

Popular posts from this blog

(Karena) Lelaki itu Tukang Olah

Jampok

Bansa Teuleubeh +