Posts

Showing posts from August, 2015

Ra, Dengarkanlah Saja XV

Image
Bismillah. Aku mulai menulis dengan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Begitu lho Ra. Memang harus begitu, menulis itu butuh keikhlasan dan ketekunan yang luar biasa. Kamu harus percaya apa yang aku bilang. Aku tidak memaksa kamu, tapi aku cuma berbagi ilmu tentang menulis tingkat abal-abal. Begitu aku yang aku rasakan, menulis itu adalah proses menggabungkan beberapa ide juga masalah memilih kata yang tepat untuk mendapatkan rangkaian yang sesuai. Ra, malam ini tepat 24 hari aku tidak disampingmu. Maka dari itu aku cuma bisa mengirimkan sebuah surat cinta tanda sayangku terhadapmu belum sempat terkikis dan ini karena Allah, Ra. Yakini saja begitu, karena jika pun aku berbohong, Allah masih bisa mengetahui kebenarannya. Ah, tak usahlah aku berbicara yang bukan-bukan karena nantinya kamu akan merasa bersedih lagi. Apalagi tidak ada aku di sampingmu. Aku tidak sanggup membayangkan itu terjadi padamu. Ra, melalui surat ini aku tetap mau bercerita tentang masa l

Ra, Dengarkanlah Saja XIV

Image
Ra, kita pergi ke taman kota yuk . Di sana kita bisa jalan-jalan sepuasnya lho . Seperti waktu itu, seminggu menjelang hari peminanganku. Saat itu aku sempat “menculikmu” sesaat hanya untuk sekedar jalan-jalan walaupun kita sudah berikrar untuk tidak jalan-jalan lagi. Hari itu adalah hari yang bersejarah bagiku, karena beberapa hari sebelumnya aku sempat mengalami guncangan keraguan yang berlebih sehingga ada keinginanku untuk menjauh lagi darimu dan menjadi rutinitas yang terulang untuk kesekian kalinya. Menurutku, hari dimana aku “menculikmu” adalah hari aku benar-benar memantapkan diri untuk meminangmu. Dan hasilnya kita berhasil untuk tinggal seatap rumah. Ra, kamu tahu tidak kenapa saat itu aku mengalami guncangan keyakinan yang membuncah? Ini disebabkan dua hari sebelum itu, teman perempuanku yang pernah dekat denganku pulang dari perantauannya. Dia seorang model sebuah majalah pariwisata ternama. Dia meneleponku untuk menjemputnya di bandara. Seperti biasa, aku tetap mengiyaka

Ra, Dengarkanlah Saja XIII

Image
Ra, kamu ingat tidak lagu di ketika kita masih duduk di bangku TK, "mawar melati semuanya indah?" Mungkin itu penyebabnya aku menceritakan banyak kisah hidupku dengan banyak "mawar melati" yang menurutku semuanya indah. Aku tidak bohong Ra. Sebelum kita menikah semua akan terlihat indah dimata kita. Ada banyak hal yang positif terlihat dari mawar A, melati B, mawar C, melati D dan seterusnya. Namanya saja mata lelaki. Susah untuk dipisahkan dari sekelumit permasalahan dasar atas nama nafsu. Nah malam ini aku mau bercerita panjang lebar tentang kegelisahanku untuk menghalalkan segala cara demi kepuasan nafsu belaka. Ceritanya sepulangnya aku dari negeri orang putih, pada bulan-bulan awal aku sangat tersiksa. Di sini tidak ada “ mawar ” yag bisa di nikmati secara sembarangan. Pun itu bisa harus melalui proses yang berliku dengan membayar si A, B, C dan D. Peraturannya sangat ketat. Bisa-bisa aku di cambuk dihadapan khalayak ramai. Untuk mengobati kerinduan akan

Untuk Kita: Happy Anniversary, Ra.

Image
Ra, suasana sedikit pelik akhir-akhir ini. Aku tidak tahu. Entah mengapa. Terasa ada yang berubah begitu. Tapi tak mengapa lah, anggap saja angin lalu. Sekali berlalu tak pernah kembali. Begitu juga dengan kisah hidup kita. Seandainya aku berubah pikiran dan pergi beberapa minggu sebelum meminang kamu, bisa saja kita tidak serumah. Malam ini tidak ada kisah tentang berapa banyak perempuan yang pernah lengket dengan hati dan hidupku. Bukan itu, Ra. Aku bercerita tentang perempuan di masa laluku bukan tanpa alasan. Niatku cuma satu, hanya ingin memperjelas bahwa aku bukanlah lelaki sempurna dengan kehidupan normal seperti ahli surga. Masa laluku sangatlah suram. Walaupun tidak lebih suram dari teman-teman seusiaku saat itu. Ra, kamu masih mencintaiku? Ku harap masih. Karena itu bukan sebuah pertanyaan serius dan tidak layak untuk ku tanyakan. Pasti cinta itu sekali seumur hidup. Sepatutnya begitu kan Ra. Ra, kamu lupa sesuatu kali ini. Ini Anniversary ke-6 sejak kita berjumpa kala itu,

Ra, Aku Kangen (Surat Cinta Untuk Ra)

Image
Ra, aku kangen sekangen-kangennya lho. Ingin rasa hati untuk menangis, tapi tiada erti, Ra. Kamu tahu tidak, tidak mudah lho berpisah dengan kamu. Tidak ada kopi buatanmu. Tidak ada ledekan mesra dengan sedikit bumbu cemburu yang kau siratkan dari wajahmu. Ra, kamu baik-baik saja kan di sana? Aku di sini menikmati purnama kali ini sendirian. Tepatnya di emperan toko sambil menengadah kepala di sela-sela gedung pencakar langit metropolitan. Ra, kamu ingat tidak ketika awal mula kita melihat purnama berdua? Waktu itu lho, ketika sebelum pesta sederhana kita. Ketika awal minggu kita menikah. Aku pernah bilang kalau ditengah-tengah bulan itu ada wajahmu. Kamu pun tersenyum sipu. Saking senangnya kamu, tiba-tiba kau kecup keningku. Ingatanku masih tertuju pada moment itu, Ra. Ra, kamu baik-baik saja kan di sana? Aku khawatir Ra. Apalagi saat purnama begini. Ra, kamu juga melihat purnama yang sama, bukan? Ku harap kamu menyempatkan diri untuk menikmati cahaya temaram purnama sejenak walaupu