Posts

Showing posts from April, 2015

Ra, Dengarkan Saja III

Image
Kau sudah mengantuk, Ra? Jangan tidur dulu, boleh? Aku punya cerita malam ini, anggap saja dongeng pengantar tidurmu. Ceritanya sedikit lucu, bukan kisah cinta masa remaja, yang biasa kita sebut cinta monyet. Bukan tentang itu. Ini tentang perkenalanku dengan dua remaja dan seorang gadis dari negeri Hayati. Negeri itu lho, yang filmnya kau tonton berulang-ulang sambil komat kamit menirukan kata-katanya. Kau tentu tahu dimana negeri itu, bukan? Maka bermula kisahnya ketika aku memulai studi ku. Ku ceritakan dulu tentang dua remaja ini. Satu perempuan dan yang satunya lagi adalah lelaki. Sudah boleh di sebut lelaki, mungkin, kala itu. Ya, benar saja, mereka berdua, sepasang. Mereka adalah orang yang menurutku hebat di bidang masing-masing. Ku ceritakan dulu yang perempuannya. Perempuan gila menurutku. Gila dalam segala hal, ku rasa. Betapa tidak, dia mempunyai suara yang menurutku tidak sesuai dengan postur badannya. Suara besar dengan perawakan kecil. Benar-benar tidak sesuai

Thanks Cataleya

Image
Image :  en.wikipedia.org Semua kembali pada keadaan semula setelah 2 minggu lama aku menjauh darinya dengan tanpa alasan apapun terhadapnya. Bersalah? Enggak. Ia tak bersalah, hanya saja aku yang ingin menenangkan diri terhadap apa yang terjadi selama ini antara kami berdua. Walaupun aku menjauh ia tetap mengirimkan pesan seperti biasa walaupun aku tak pernah menghiraukannya. Sayang, iba, merasa tidak enak. Itu pasti ada, tapi ada masalah yang lebih harus diprioritaskan terlebih dahulu daripada memperhatikan perasaan dia. Karena ini lebih penting daripada sekedar membina hubungan sekarang. Masalah sekarang menentukan hubungan-hubungan 5 tahun kedepan. Awalnya mungkin hanya sekedar salah dalam berbicara sehingga menimbulkan emosi yang tidak jelas dari diriku sendiri. Aku mungkin lumayan tidak nyaman terhadap keadaan yang demikian. Supaya masalah tersebut tidak menjalar kemana-mana makanya aku menjauh sejenak untuk menenangkan diri agar aku bisa melihat siapa yang benar dan si

Ra, Dengarkan Saja II

Image
Ra, sudah lama kau di sini? Aku benar-benar tidak tahu kalau kamu sudah disini sejak beberapa puluh menit yang lalu. Maafkan aku, Ra. Kau sudah lama kenal aku bukan? Jangan cemberut begitu, Ra. Aku kan sudah minta maaf. Atau kamu cemberut karena belum mendengar cerita terbaru tentangku. Baiklah kalau begitu akan ku ceritakan. Ini bukan tentang gadis di bawah pohon pinus itu. Ini tentang gadis lain. Gadis yang pada awalnya sangat tidak suka melihatku. Ya, benar sekali. Setiap kali aku berpapasan dengannya, dia selalu bersembunyi. Kamu kan tahu, aku suka menyapa teman-temanku. Dan itu adalah hal yang biasa, bukan? Begitu juga dengan kejadian kali ini. Tidak lebih daripada itu. Ra, gadis ini sedikit beda, ku rasa. Dia tidak pernah suka melihatku sama sekali, Ra. Tidak tahu alasannya kenapa, Ra. Katanya sih, pembawaan gadis ini super cuek, aku tertantang untuk menantang ke-cuekannya. Ku rasa aku bisa berhasil kali ini, tapi sepertinya susah juga menaklukkan hatinya. Ah, bukan i

Hai Jenderal

Image
Hai Jenderal. Apa kabarmu di sana? Sudah pasti luar biasa bukan? Masih ingatkah engkau denganku? Ah, aku ragu jika kau masih ingat. Aku pengagummu Jenderal Aku seorang bocah yang selalu melihatmu dari langit. Ya sekarang aku di langit Jenderal. Aku sudah bosan di bumi. Bumi selalu mengganggu ku. Kau pernah melihatku di bumi. Image : hasbee.wordpress.com  Ya, itu pun hanya sekali. Kala itu aku tersenyum sipu padamu. Dan kau tersenyum sumringah melihatku. Hanya itu perkenalan kita Jenderal, Wajar saja, jika kau tidak ingat padaku. Tapi tenang saja Jenderal. Aku masih sangat ingat padamu. Dan aku selalu melihatmu dari langit. Oh, Jenderal yang sangat ku rindukan, dari aku pengagummu.

Malam Minggu dan Semangkuk Bakso.

Image
Hujan masih terlalu lebat untuk dihadapi. Walaupun hanya gerimis sedang, tapi cukup untuk melahirkan virus dan bakteri penyebab flu untuk kadar manusia seperti Jihan. Jihan gadis berperawakan tinggi besar yang mala mini mengajakku keluar untuk mencari suasana yang sedikit berbeda. Kami sebenarnya sudah lama juga tidak keluar bareng. Biasanya dia keluar dengan pasangannya, tapi entah ada angin ribut apa, dia mengajakku keluar malam ini. “Malam ini kau temani aku keluar,” begitu katanya. Image :  www.wafertango.com Seperti biasa, aku langsung mengiyakan ajakannya. “Ok, sip, jemput,” jawabku singkat padat nan jelas tanpa bertanya kemana dan untuk apa. Tepat pukul 09.00, dia menjemputku. Dari jauh sudah terdengar suara motor saktinya yang meraung-raung. Dia memang seorang perempuan namun perkasa. Maklum saja, temannya lelaki semua termasuk aku. Tentang teman perempuan, hanya satu dua saja. sesaat kemudian ia dan motornya berdiri tepat di depan serambi rumahku. “In

Ra, Dengarkan Saja

Image
Adalah dia, Ra. Sekarang hanya dia yang bertumpah ruah bercampur menjadi ingatan-ingatan pilu menusuk setengah tangkai jantungku. Bukan sehari dua, aku merasakan kecamuk ini. Sudah sangat lama, 3 tahun kurasa tidak kurang. Kau tentu paham betapa pedih perasaan yang terkungkung pilu itu. Ku ingat, sudah pernah ku ceritakan padamu, Ra. Awal kami bertemu di bawah pinus rindang di kampus itu. Kala itu, dia masih tidak secantik sekarang, tapi sudah sangat cantik menurutku. Perempuan pada awal pertumbuhan sangat menarik, kau tentu pernah mengalaminya, Ra. Namun sekali lagi aku ingin perjelas padamu, aku benar-benar kagum padanya. Bukan karena kecantikannya, tapi hatinya. Sekali waktu pernah ku mendengar dia bercerita pada temannya, “Aku benar-benar kotor,” begitu kira-kira kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Dalam pikirku, berkata, “Kau begitu indah, meski kau masih kotor.” Tentang kagum ku padanya dimulai begitu saja. Ku lihat sekilas dan langsung jatuh kagum. Aku ta

Belum Ada Judul

Image
“Cantik kah aku hari ini, Teman?” Dia bertanya padaku. Ku jawab sahaja, “Kau terlihat cantik tapi kau lebih cantik seperti kamu apa adanya di hari-hari biasa”. Bagaimana bisa mulutku berkata seperti itu? Ya, karena memang dia cantik dan sangat cantik ketika tampil apa adanya tanpa balutan kain yang berpalit-palit dan merenda di atas kepala. Menurutku, hanya satu warna pakaian yang kurang cocok buatnya. Warna hijau, ya hijau. Dalam hati ku berkata, “Kau akan nampak gendut dengan warna itu, Teman.” Itulah jawabanku terhadap tanyamu ketika kau berbalut pakaian ungu. kartun.co “Aku nampak gendut, ya?” Begitu tanyanya kala itu. Sambil melempar senyum ku berkata, “Kau masih cantik seperti biasa.” Mungkin dia tidak sadar, kala itu pakaian yang dikenakannya adalah ungu. Warna favoritmu, ku rasa begitu. Begitu juga denganku yang melihat adanya kecocokan antara ungu dengannya. Aku pun berlalu sambil memanjatkan sedikit do’a. Jika dia bertanya lagi tentang cantik p

Pulangkan aku

Image
Teman, tolong pulangkan aku. Pulangkan aku ke rumah temaram itu. Tempat kita bisa menikmati secangkir kopi tawar dengan sepotong kue srikaya seperti malam setahun kemarin. Ku rasa kau harus lakukan dengan cepat, karena purnama juga akan merayap. Merayap dari serambi depan dan cahayanya jatuh tepat di wajah bulatmu.

Catatan Lama

seorang istri memang memiliki firasat yang lebih terhadap suaminya. Terkadang firasat baik juga firasat buruk. Kecemburuan sekali waktu pasti akan muncul. itu memang bukan masalah yang serius. Karena seorang suami yang bijak akan selalu menghargai masukan istri dan akan sama-sama bermuhasabah untuk kebaikan bersama. Tentunya bukan perkara mudah menyatukan dua pribadi yang mempunyai perbedaan mendalam. Di sinilah hikmah di balik penciptaan Adam dan Hawa. Ketika di hijrahkan ke bumi, keduanya dahulu saling mengejar satu sama lainnya. Dan pada akhirnya mereka bertemu, dan mereka berpisah kembali di akhir hayatnya.