Ra, Dengarkan Saja II
Ra, sudah lama kau di sini? Aku benar-benar tidak
tahu kalau kamu sudah disini sejak beberapa puluh menit yang lalu. Maafkan aku,
Ra. Kau sudah lama kenal aku bukan? Jangan cemberut begitu, Ra. Aku kan sudah
minta maaf. Atau kamu cemberut karena belum mendengar cerita terbaru tentangku.
Baiklah kalau begitu akan ku ceritakan. Ini bukan tentang gadis di bawah pohon
pinus itu. Ini tentang gadis lain. Gadis yang pada awalnya sangat tidak suka
melihatku. Ya, benar sekali. Setiap kali aku berpapasan dengannya, dia selalu
bersembunyi. Kamu kan tahu, aku suka menyapa teman-temanku. Dan itu adalah hal
yang biasa, bukan? Begitu juga dengan kejadian kali ini. Tidak lebih daripada
itu.
Ra, gadis ini sedikit beda, ku rasa. Dia tidak pernah
suka melihatku sama sekali, Ra. Tidak tahu alasannya kenapa, Ra. Katanya sih,
pembawaan gadis ini super cuek, aku tertantang untuk menantang ke-cuekannya. Ku rasa
aku bisa berhasil kali ini, tapi sepertinya susah juga menaklukkan hatinya. Ah,
bukan itu tujuanku sebenarnya. Aku hanya ingin berteman dengan sesiapa saja. Itu
saja. Perihal dia tidak mau berteman denganku, itu urusan dia.
***
Ra, kamu harus dengar baik-baik cerita aneh ini. Setelah
kejadian main "petak-umpet" kala itu, gadis ini sudah mulai dekat denganku. Kami sudah
sangat sering berkomunikasi. Sangat intens ku rasa, Ra. Dia sudah sering
curhat, walaupun tidak ku minta. Baik tentang asmara, keluarga, juga kesehatan.
Ini bukan tentang ramalan zodiak mingguan, Ra. Ini benar adanya. Pernah ku
ingat sekali waktu dia pernah bercerita tentang keluarganya. Juga tentang
kesehatannya yang akhir-akhir ini semakin memburuk. Perasaanku ya biasa saja
kala itu. Toh, aku pun sudah sering mendengar banyak cerita yang begitu. Dari cerita
komedi hingga horor sekalipun. Pun begitu aku tetap mendengarnya secara seksama.
Puncaknya di malam hari raya. Di saat semua orang berbahagia, namun gadis ini
merasa terluka. Katanya, ia menangis tersedu sedan akibat masalah keluarga yang
sampai saat ini belum titik temu penyelesaian. Dan kali ini aku turut larut
dalam suasana, seperti menonton film Bollywood, itu ibaratnya. Ra, jika kamu
mendengarnya kamu juga akan terlarut ku rasa.
Kamu masih mau mendengarnya, Ra. Sekalipun kamu tidak
kan, aku akan tetap menceritakannya padamu. Kau sering bilang aku kurang peka,
bukan? Kali ini aku terjerat dengan masalah yang sama, Ra. Aku tidak peka
dengan keadaan sekitar dan gadis ini diam-diam mulai menyimpan rasa sayang yang
lebih, Ra. Setelah mendegar ini, kamu tentunya tertawa lebar selebar-lebarnya
kan. Sambil menyanyikan lagu “Ular Berbisa nya Hello” lagu yang biasanya kita
nyanyikan di serambi rumah tempat kita tinggal kala itu, lima tahun yang lalu.
***
Beberapa bulan sudah berlalu, Ra. Mungkin saja rasa
kasihnya semakin tumbuh dan memuncak sampai di ubun-ubun. Aku juga semakin
sering berjumpa dengan gadis ini , Ra. Aku belum tahu dia menyimpan rasa
padaku. Hingga pada akhirnya, suatu malam, dia salah ucap kata, dan aku mulai
menerka-nerka. Untuk mengetahui yang sebenarnya, aku butuh waktu beberapa jam. Dan
ini ku rasa yang paling lama. Dia pandai memendam perasaan ku rasa. Beda dengan
kamu, yang selalu terbuka dengan aku. Kamu tenang saja, Ra, aku tidak menginterogasinya
layaknya polisi di Amerika ataupun India. Itu sudah sangat kejam, Ra. Seperti yang
ku katakan tadi, setelah beberapa jam, tabir itu tersingkap juga. Dan benar
saja, sudah sangat lama dia memendam rasa.
Ra, setelah malam itu, ada perasaan padaku untuk
menjauh, namun apa daya, dia sudah menjadi temanku. Sama seperti kamu dulu, kau
sering mendengar berita miring tentang kita, apapun itu kita teman teman bukan?
Walaupun kamu kurang menyetujui tentang kata”teman” itu. Ku ceritakan tentang
kelebihannya, dia sangat setia dan peduli. Ku rasa lebih dari sikap pedulimu
terhadapku. Tentang kesetiaannya, aku sempat kehabisan kata-kata untuk
menjelaskannya padamu.
***
Ra, aku cukupkan saja. Aku tahu kamu sudah muak
mendengar cerita dongeng ini. Karena setiap ceritaku tidak lebih daripada
dongeng yang di bacakan pada anak kecil sebelum mereka terlelap ke alam mimpi
bertemu dengan beberapa impian yang mungkin akan menjadi kenyataan. Sama seperti
ku, aku punya beberapa impian yang akan ku wujudkan. Satu hal yang pasti
tentang gadis itu, Ra. Aku akan mengingat segala kebaikan dia terhadapku. Kamu tahu
tidak, jika tanpa dia, bisa jadi aku masih memakai nama mahasiswa sebagai
embel-embelku saat ini. Priceless. Maafkanlah
aku, Ra. Aku lupa kamu ada janji dengan yang lain bukan, terima kasih kau sudah
menemaniku bercerita kali ini. Ku harap kau tidak pernah bosan untuk hal ini.
Raa kalau jendral kecil curhat padamu lagi... ceritakan juga untukku ya... hihi
ReplyDelete