Doa - Doa yang Belum Usai

Adalah sikap dan tabiatmu yang anggun sehingga membuatku gagal mengendalikan perasaan yang kebetulan ku kunci rapat untuk sosok berwujud perempuan. Namun kamu berhasil menghancurkan kunci itu. Aku tidak bisa membendung rasa dan sikapku terhadapku. Ini gila, menurutku. Kamu tahu tidak, dalam beberapa kesempatan aku menyempatkan diri untuk memandangmu dalam-dalam hingga hilang dalam keramaian. Selain itu pula, kamu mungkin sudah membuatku gagal menahan perasaan tapi aku tetap bisa menempatkan perasaanku sebagai teman, saudara juga sebagai calon pendamping hidup didalam dunia nyata. Di balik kegelisahan itu, aku menyempatkan diri untuk selalu menyelipkan beberapa untaian doa kepada Penguasa hati.

***

"Semoga Engkau memperkenalkan aku dengannya, Ya Rabb", adalah doa pertama yang ku panjatkan ketika pertama kalinya aku menatap wajahmu di bawah pohon cemara itu. Kamu sudah barang tentu tidak mengenalku kala itu karena kamu masih sangat belia. Kamu pasti terheran dan bertanya-tanya, "Sudah selama itukah?" Benar sekali, sudah selama itu dan Allah mengabulkan doa itu. Kita berjumpa, berkenalan secara tidak sengaja dan berteman seperti sekarang. Kita sudah dekat dan akan selalu dekat.

***

"Ya Tuhan, semoga kelembutan hatinya bertahan untuk selamanya", adalah doa kedua yang ku azzam kan ketika kita berkenalan nama dan aku langsung jatuh hati untuk kedua kalinya. Ya benar adanya, kelembutan hatimu membuat kamu dipercaya oleh orang disekitarmu. Saat itu, kita bercakap selayaknya kita sudah bertemu sejak lama. Aku sangat bersyukur dan bangga.

***

"Setiap pertemuan tentu akan ada perpisahan, secara baik maupun sedikit jahat, semoga perpisahan itu membuat dia bertambah taat", adalah doa ketiga yang ku panjatkan ketika ku dengar kamu baru saja mengakhiri hubungan dengan seorang jejaka. Seingatku itulah hubungan terakhir yang pernah mengikatmu dan jauh dari jalan surga. Harapanku, Penguasa hati menguatkanmu dalam menjalankan hari- hari selanjutnya. Dan kamu berhasil melewatinya. Sekarang kamu bisa senang dan tertawa.

***

Di tahun itu, aku masih mengikat hubungan dengan seorang dara hingga pada akhirnya terputus juga. Perasaan penuh kecamuk datang begitu saja, aku sesekali menangis dan mengingat kelembutan hati dan perasaanmu. Aku terngiang perkataanmu suatu ketika, "Aku tidak mau lagi menjalani hubungan yang KW", dan aku benar-benar terbawa untuk bisa berubah hingga akhirnya aku benar-benar bisa menerima. Aku hanya berdoa, "Semoga Allah mempermudah jalan kita menuju surga".

***

"Engkau akan menjadi pendampingku, kelak", adalah azzam ku ketika kita mendapatkan kesempatan liburan bersama. Di sanalah keyakinanku bertambah-tambah. Ku yakin malaikat mengaminkan keinginan yang luar biasa itu.

***

"Setiap kejadian adalah keputusan sah dari sang Pencipta, aku tetap yakin dan percaya", adalah doa ku yang ke enam ketika aku sedikit goyah. Kala itu aku mendengar kamu sedang didekati oleh seorang pria nun jauh di sana. Awalnya aku tidak percaya. Tapi setelah beberapa bulan, berita tersebut tidak menjadi nyata. Sekali lagi, aku bersyukur karena kesempatan itu masih terbuka.

***
Masih dengan azzam yang sama, "Tetap yakin dan percaya", mungkin itulah bentuk ketakutan akan kehilangan kamu. Menurut cerita yang ku dengar, ada dua jejaka yang ingin diperkenalkan oleh orangtua tercinta. Secara hukum logis, itu sangat menguntungkan, tapi tidak denganku. Hingga sampai hari itu, tanpa sengaja kita sempat duduk bersama dan berbagi banyak cerita. Aku seperti biasa selalu mengagumi cerita yang kau bawa. Saat itu kau sangat serius. Berkali-kali kamu berkata, "Tidak mau. Mau kuliah dan kerja dulu." Bagiku, itu berita menyenangkan dan menenangkan.

***

Ketika aku menyempatkan diri singgah di negeri Melayu nun jauh di sana aku pernah berucap sepatah doa. Seingatku, aku berdoa setelah shalat ashar dan sempat meneteskan airmata. "Tetap yakin dan percaya, dan saling menjaga", tidak pernah putus aku ucapkan dalam doa itu. Karena aku yakin kamu akan bahagia denganku dimasa depan dengan seizin-Nya.

***

Hingga di suatu senja menjelang buka puasa kita saling bertatap mata dan berbagi cerita. Kita sudah sama-sama berkata, "Iya". Walaupun setelah itu, Tuhan belum mengizinkan kita bersama. Namun sampai saat ini, doa doa itu masih tetap ku jaga. Aku sempat berkata,"Pernikahan adalah tentang kepemilikan tanggungjawab yang berbeda saja." Kita tetap akan bersaudara sampai mata kita merasa lelah. Satu hal yang pasti, doa-doa ini masih belum usai.

31 Desember 2015.

Comments

Popular posts from this blog

(Karena) Lelaki itu Tukang Olah

Jampok

Bansa Teuleubeh +