Surat Terbuka Untuk Calon Tuan (Mertua)
Image Source : www.ceritamu.com
|
Wahai calon Tuan yang berbahagia.
Hari ini izinkan saya untuk memperkenalkan diri saya
secara pribadi kepada Anda. Nama saya Dek Agam. Mudah untuk diingat, bukan? Saya
berfikir saya sudah sangat cukup umur untuk berhadapan dengan Anda. Sudah jauh-jauh
hari saya ingin menjumpai Anda. Namun keadaan belum berpihak kepada kita untuk
saling bertatap kata. Wahai calon Tuan, izinkan saya untuk berbicara panjang
lebar dihadapan Anda. Berbicara blak-blakan, apa adanya. Saya hadir disini
karena satu alasan, hanya untuk meminta putri Anda. Minta izin untuk tinggal
bersama diatas perjanjian berlandaskan syariat agama.
Wahai calon Tuan.
Saya memang bukan siapa-siapa. Hanya seorang pemuda
yang baru bisa memenuhi hajat perut dua kali sehari. Hanya seorang lajang yang
sering langganan kopi pancong di warung seberang. Dan kehidupannya sering
bertukar antara siang dan malam. Saya juga belum punya apa-apa yang patut Anda
banggakan. Dan sah-sah saja apabila kemudian ada pertanyaan yang akan Anda
ajukan.
Wahai calon Tuan.
Sedikit tentang latar belakang keluarga, saya bukan
keturunan bangsawan. Bukan juga berdarah konglomerat yang memiliki banyak
proyek di dinas pemerintahan. Apalagi keturunan panglima yang sering menyetir Avanza
ataupun sedan. Saya hanya orang biasa dari kalangan biasa. Keluarga saya hanya
seorang petani yang kesehariannya menanam padi dan kacang. Sedikit mempunyai
penghasilan dari hasil membelah pinang. Tentunya Anda bisa membayangkan
bagaimana kehidupan kami yang serba pas-pasan.
Calon Tuan yang saya kagumi.
Berbicara tentang pendidikan, saya sedikit berbangga
hati. Pendidikan menjadi prioritas keluarga walaupun dengan biaya yang
pas-pasan. Tentunya dengan banyak halangan dan rintangan. Saya yakin Anda sudah
sangat paham dengan keadaan yang saya perjuangkan.
Wahai calon Tuan yang arif nan bijak.
Saya hadir dengan satu alasan yaitu ingin melamar
anak Anda yang cantik jelita. Saya sangat menghargai dan menghormati ia sebagai
perempuan. Saya tidak mau mencederai anugerah yang Tuhan berikan. Karena alasan
itulah saya beranikan hati untuk berbicara dengan Anda. Selayaknya saya tidak
baik berbicara begini, namun hati saya selalu berontak untuk berkata jujur apa
adanya. Saya rasa itu tidak salah, bukan? Sedikit cerita tentang awal
perjumpaan dengan anak Anda. Ketika itu di suatu cara kami saling berkenalan. Saya
tidak mungkin memendam perasaan sampai akhir kehidupan. Menurut saya, Anda lah yang menjadi jalan
sebagai obat penenang.
Wahai calon Tuan yang saya muliakan.
Saya memang
belum berkecukupan selayaknya orang-orang diluar sana. Saya belum punya banyak
penghasilan. Belum punya banyak pendapatan untuk mengarungi samudera yang
sewaktu-waktu karam ditengah jalan. Pun begitu, yakinilah wahai calon Tuan. Yakinilah,
saya akan menjaga amanah ini dengan sebaik mungkin. Karena saya percaya, putri Anda
adalah seorang navigator ulung yang sudah sangat mengenali arah bintang
kehidupan.
Wahai calon Tuan.
Ini bukanlah penutup dari
percakapan kita. Ini adalah percakapan pembuka kita supaya Anda membuka ruang. Sebagai
permulaan Anda memberikan saya kesempatan meniti kehidupan bersama putri Anda
yang rupawan.
Wahai pemuda yang berhatikan emas, kamu memiliki keberanian yang sangat luar biasa. Akan kuberikan kesempatan untuk memiliki ruang yang kamu ingin.. Isilah ia dengan hati emasmu..
ReplyDeleteSaya tunggu undangannya, tolong yg VIP ya :D
ReplyDelete