Ra, Dengarkan Saja VI
Sudah lama aku tak lagi bercerita
tentang wanita-wanita yang pernah dekat denganku, Ra. Sudah sangat lama malah.
Sejak kamu mengikuti ujian akhir semester ini. katamu, aku tidak boleh merusak mood mu untuk belajar demi nilai
terbaik. Aku paham itu, Ra. Tapi malam ini, ujianmu kan sudah berakhir.
Niatanku, kembali ingin bercerita tentang gadis yang ku kenal di tanah jauh,
tanah Jawa. Aku mengenalnya secara tidak sengaja, pada saat berpapasan di pintu
keluar bandara. Seperti di FTV yang kita kenal sekarang, sedikit banyaknya ya
lebay. Tapi ini nyata lho, Ra.
Kami berkenalan, saling tukaran
nomor handphone karena kami sama-sama memiliki hape tit-tut. Begitulah awal
perjumpaan kami, Ra. Awalnya aku tidak mempunyai perasaan apa-apa. Namun seiring
waktu berjalan dan komunikasi yang sangat intens hubungan kami pun semakin
akrab. Saking dekatnya, aku pernah sekali waktu bertandang balik ke rumahnya di
pulau Jawa sana.
Ra, buatkan aku kopi supaya
semangat berceritaku bertambah lagi. Ketika aku di sana aku sempatkan diri
untuk berkenalan dengan orangtuanya. Orangtuanya baik sebaiknya anaknya. Ketika
itu kami sempat bercerita panjang lebar tentang hubungan kami pada orangtuanya.
Orangtuanya pun mengizinkan kami untuk melanjutkan hubungan lebih lanjut.
Terima kasih, Ra. Kopi butanmu
sungguh terasa di lidahku. Rasanya tak ingin ku berhenti untuk menyeruput kopi
itu. Tapi kamu tahu apa sehingga aku gagal merajut tali kasih ke arah yang
lebih serius. Kami terpaut umur yang lumayan jauh. Walaupun aku penyuka
pasangan yang lebih tua namun kali ini aku tidak berniat untuk melangsungkan
pernikahan dengannya. Alasan lain juga karena budaya di tempat kita dan dia itu
jauh berbeda. Tergolong alasan klasik dan alasan ini sudah menjadi rahasia
umum.
Ya, begitulah akhir cerita kami,
hingga beberapa tahun kemudian aku bertemu denganmu dan mempersuntingmu menjadi
bagian dari nasab untuk keturunanku. Terima kasih, Ra, karena kamu sudah
mendengarkan cerita masa lalu aku untuk kesekian kalinya. Jom, kita tidur,
karena matamu pun sudah memerah.
Comments
Post a Comment