Ra, Dengarkanlah Saja VIII
Ra, tak terasa puasa sudah memasuki bilangan hari ke 12. Esok lusa kita sudah bisa kembali menikmati purnama seperti biasa. Dulu sebelum aku menikahi kamu, aku sering berjalan ke beberapa tempat untuk bisa menikmati indah temaram sang purnama. Tentunya aku selalu ditemani oleh seseorang di tanah jauh. Dia yang ku kenal secara tidak sengaja pada acara tahunan kampusku.
Aku berjumpa dengannya karena aku bertukar kursi dengannya. Kamu tahu kan, aku sering berlagak bodoh tanpa dosa ketika berjumpa dengan perempuan apalagi yang punya citarasa yang sedikit high class. Aku, secara pribadi tidak ingin mengikuti tingkah polah perempuan high class, tapi aku mencari cara supaya dia bisa mengikuti cara hidup yang sederhana.
Oke, aku berkenalan dengannya tanpa basa basi dengan nada bahasa ku yang urakan, lebih tepatnya tidak sopan. Dia hanya sedikit tersenyum melontarkan ketidaknyamanan. Aku tidak perduli sedikit pun akan hal itu. Dan seperti yang sudah sudah, pola bahasa urakanku selalu membawa berkah. Setelah sehari dua, dia mulai dekat denganku. Banyak hal yang kami bagi, mulai dari permasalahan kampus, hingga isu sosial yang sedang hangat di bicarakan masyarakat. Dia sangat smart menurutku. Usut punya selidik dia juga aktif di salah satu organisasi kemasyarakatan milik yayasan pribadinya.
Genap lima bulan hubungan kedekatan kami, ada rasa yang mengganjal di hatinya. Dia sudah sangat terbuka terhadap kehidupan pribadinya padaku.
Bersambung....
Comments
Post a Comment