Sepakbola : Wadah Berharga Untuk Saling Menghargai

            
#Respect
Sepakbola dewasa ini sudah menjadi olahraga yang sangat populis di setiap kalangan. Mulai dari anak-anak sampaiorang dewasa. Mulai dari memainkannya sebagai iseng belaka samapai menjadikannya sebagai pekerjaan tetap. Bahkan di negara-negara eropa, kaya tidaknya seorang pengusaha dinilai dari kepemilikan sebuah klub sepakbola. Sepakbola adalah salah satu olahraga yang paling unik dan paling mudah untuk dimainkan. Kita tentu belum lupa, ketikan kecil dulu, biji salak ataupun kumpulan kertas yang tak terpakai kita jadikan sebagai bola. Kalau saudara pernah melakukan hal demikian, berarti masa kecil saudara sangat menyenangkan.
Sepakbola di zaman modern, sangat mengedepankan sikap saling menghargai, sikap anti rasisme. Melalui sepakbola, kita sering melihat dan mendengar kampanye perdamaian di sampaikan. Kita belum lupa mungkin bagaimana F. Kanoute, pemain Sevilla, menunjukkan solidaritasnya terhadap masyarakat palestina. Kita juga tidak menampik, bagaimana CR7 rela datang ke Aceh hanya untuk bertemu Martunis salah satu korban tsunami Aceh pada tahun 2004 silam. Dan sekarang banyak juga muncul yayasan sepakbola yang banyak membantu masyarakat di beberapa negara ketiga.
            Dalam sepakbola juga kita juga mengenal derby panas yang mempunyai tensi permainan yang sangat panas. Kontak fisik yang kurang wajarpun seringkali terjadi. Ada bahkan yang harus istirahat panjang akibat benturan-benturan yang tidak di sengaja. Ini di lakukan untuk mendapatkan sebuah kemenangan. Kemenanagan yang di persembahkan untuk prestise sebuah klub dimana pemain itu bernaung. Di atas lapangan, mereka para pemain adalah serdadu yang beerani mati demi mendapat tiga poin untuk klub ataupun negaranya. Apakah ini berlanjut sampai keluar lapangan? Tentu saja tidak. Contohnya saja, derby panas nomor dua di muka bumi ini, El Classico,  antara Real Madrid dan Barcelona. Kerap kali Pedro Rodriguez di langgar oleh Sergio ramos.
No Fair Play without Respect
Ataupun Carles puyol acap kali kontak fisik dengan Xabi Alonso. Mereka tidak jarang terlibat adu mulut sehingga berbuah kartu kuning ataupun kartu merah. Namun yang terjadi diluar lapangan, setidaknya setelah pertandingan berlangsung, mereka langsung bersalaman. Dan di kesehariannya mereka sering berkumpul bersama.
            Di dalam sepakbola pula, tidak jarang seorang pemain mengidolakan klub yang menjadi musuh bebuyutan klub yang di belanya. Ada beberapa pemain Liverpool yang menjadi fans klub Mersyside Biru, Everton. Begitu juga sebaliknya. Walaupun mereka menjadi fans berat di salah satu klub tersebut, mereka tetap bermain secara professional untuk membela klub yang dinaunginya. Tidak pernah saya mendengar kabar, bahwa klub yang menjadi idola si pemain di untungkan karena si pemain ini bermain tidak profesioanl. Dengan kata lain menguntungkan klub lawan.
            Apakah ini dilarang dalam sepakbola? Tentu saja tidak. Itu hak si pemain yang  di beri kebebasan untuk menjadi fans klub mana saja, asalkan dia bisa berlaku secara professional di atas lapangan. Sikap profesionalitas inilah yang sangat di junjung tinggi oleh para pemain, walaupun mereka hanya pemain yang kebintangannya belum bersinar.
            Selanjutnya kita berbicara tentang pemain ke 12 yaitu suporter. Sebuah klub sepakbola tanpa suporter itu bagaikan tubuh manusia tanpa jantung. Suporter inilah yang bertugas memompa semangat para pemain di atas lapangan hijau. Mereka adalah kunci untuk keberlansungan semangat pemain. Merekalah yang tanpa henti-hentinya menyanyikan yel-yel pemantik semangat baik dikala menang ataupun kalah. Mereka sebagai supporter sangatlah loyal kepada sebuah klub. Mereka selalu memadati stadion temapt dimana pertangdingan berlansung. Bahkan ada juga yang rela mengantri berjam-jam untuk mendapatkan tiket demi sebuah pertandingan klub kesayangannya.
            Kita mungkin sangat akrab dengan jargon "Jangan Dukung Kami Saat Kami Menang, Jika Kalian Menghujat Kami Disaat Kami Kalah." Pesan yang disampaikan oleh pemain kepada supporter ini begitu berarti. Di sini pemain sepakbola ingin menyampakan bahwa bagitu berharga supporter untuk keberlansungan karir si pemain dan juga klub yang di dukungnya. Sang pemain menginginkan agar supporter selalu bersatu untuk mendukung tim kesanyangan walapun dilanda kekalahan.

            Apakah supporter sepakbola bisa berlaku semau mereka? Tentunya tidak. Mereka juga di atur dalam peraturan peraturan yang bersifat baku dan mengikat. Mereka di haruskan menjunjung tinggi aturan-aturan yang berlaku. Saling menghargai antara satu dengan lain, baik itu pemain, klub bahkan supporter lawan. Apabila mereka melanggar ketentuan yang telah di sepakati, maka mereka juga akan mendapatkan hukuman yang setimpal. Bahkan juga tidak jarang, akibat ulah supporter nakal, klub sepakbola yang mereka dukung juga terkena imbasnya. Pernah kejadian, beberapa klub sepakbola yang harus membayar denda akibat suporternya yang bertindak anarkis. Bisa dibayangkan bukan, bagaimana tingkat kompleksitas sebuah aturan di atur dalam dunia sepakbola.

Comments

Popular posts from this blog

(Karena) Lelaki itu Tukang Olah

Jampok

Bansa Teuleubeh +