Teman Seperngopian 1
Dear teman seperngopian, saya mengenalmu memang hanya beberapa saat saja. Mulai dari kamu duduk, memesan kopi pada barista, menyeruput kopi beberapa saat. Juga beberapa menit berkelakar hebat. Masih hanya dalam hitungan menit. Tidak lebih dari itu. Kamu pun tahu itu. Memang benar saya mengenal kamu secara lahiriah masih dalam hitungan menit.
Dear teman seperngopian, seruputan kopi dan canda tawa berbalut kelakar ria yang kau bawa, membuat saya mengenalmu serasa sepuluh tahun lamanya. Itu secara bathiniah. Kau boleh menampik dengan kata-kata. Namun sikap dan pergerakanmu tidak bisa menipu. Pola pikir yang tersingkap memalui gaya dan intonasi bicaramu tidak bisa menutupi. Tak perlulah saya menginterogasi bak polisi. Tak perlu lah saya memasang mata-mata, karena jauh di dalam binar matamu memperlihatkan siapa kamu sebenarnya.
Dear teman seperngopian, jujurlah saja Teman. Engkau itu barang pasaran. Barang yang bergelantungan di etalase pasar loakan.
Dear teman seperngopian, seruputan kopi dan canda tawa berbalut kelakar ria yang kau bawa, membuat saya mengenalmu serasa sepuluh tahun lamanya. Itu secara bathiniah. Kau boleh menampik dengan kata-kata. Namun sikap dan pergerakanmu tidak bisa menipu. Pola pikir yang tersingkap memalui gaya dan intonasi bicaramu tidak bisa menutupi. Tak perlulah saya menginterogasi bak polisi. Tak perlu lah saya memasang mata-mata, karena jauh di dalam binar matamu memperlihatkan siapa kamu sebenarnya.
Dear teman seperngopian, jujurlah saja Teman. Engkau itu barang pasaran. Barang yang bergelantungan di etalase pasar loakan.
Comments
Post a Comment