Just Because Everything Changing part I
“Kecantikan bukan berada pada raut
wajah, dia terpancar bagai serunai sinar dari dalam hati.”
Kahlil
Gibran (1883-1931).
Jam
menunjukkan jam setengah lima sore, sudah masuk waktu kuliah mata kuliah di
semester ini. Aku tak ingin beranjak dari tempat tidur untuk mengikuti
pelajaran yang bikin jantung berdetak lambat. Saking bosannya, tak ada yang mau
memperhatikan sang guru yang memberi wejangan sore. Hanya beberapa penjilat
muda yang selalu bersuara lantang mengejar nilai yang tak berbobot harganya.
Walaupun begitu aku berusaha untuk mengejar sang waktu untuk sampi keruangan
secepat mungkin. Hanya butuh beberapa kata-kata keramat untuk merayu sang guru
kalau saja nanti terlambat. Seperti biasa, alasan lama pun lahir di ingatan
secara spontan. Dan seperti yang terprediksi olehku, aku telambat hampir setengah
jam untuk mengikuti pelajaran yang sangat aneh ini.
“Kenapa
terlambat kamu, Amin ?” tanya sang Guru.
“Biasa
buk, macet, di tengah jalan tadi ada pawai beberapa calon wakil rakyat yang
mendaftarkan diri ke kantor KIP,” jawab ku dengan alasan yang mumpuni.
“Ya
sudah kamu duduk sana !!!” sang guru menyuruhku duduk segera.
Aku
juga langsung berjalan perlahan sambil menggumal dalam hati ,“Entah apa pun ibu
ini. Udah pelajarannya bosan, ibunya pun gak ada inner beuty sedikit pun, Efyusike”
Sambil menyimak dongeng sore bak penyiar
radio RRI, aku meraba handphone untuk sms-an seperti hari-hari biasanya. Sedikit ku ceritakan, kalau aku sedang bosan mendengar dongeng, sms-an
adalah gurur kedua ku di kelas. Tapi jangan salah, walaupun aku kurang
memperhatikan pelajaran di kelas, IP/IPK ku tak kunjung terjungkal ke papan
bawah. Itulah aku, always lucky in right time. Tanpa terasa aku sudah mengirim beberapa sms
ke teman-teman. Waktu pun berjalan cepat, tanpa terasa salam penutup dari sang
guru pun menyapa.
“Terima
Kasih atas segala perhatiannya, besok kita lanjutkan lagi”
Sang
guru pun berlalu menyusuri tangga menuju parkiran untuk mengambil
tunggangannya. Aku pun tinggal di ruangan bersama teman-teman yang sudah
bersiap-siap untuk pulang. Tapi ada yang lain hari ini. Tiba-tiba ada suara
yang seolah tak di undang menuju ke arahku.
“Sehhhhh,,,,,,,
Ada yang sudah punya pacar nech. Selamat ya” rupanya suara itu berasal dari
salah seorang gadis yang lama sudah ku kenal. Nama Syarifah, dia teman kelas ku
yang paling santai sedunia yang pernah aku kenal. Aku pun heran, mengapa ia
memberi selamat untukku. Selamatan ultah bukan, menang perlombaan juga bukan,
ah shit dah, ku gak mau ambil pusing, lalu aku bertanya padanya.
“
Ehh, kenapa, Syarifah? Tanyaku
“Pura-pura
gak tawu geh Akhi nih”. sindirnya.
“Emang
ane gak tawu apa-apa ee Fa,” jawabku singkat sambil bengong.
“Selamat,
ya. Akhi kan udah ada pacar,” jawabnya sinis.
“Akhi
gak bilang-bilang pun ma kami, kalo udah punya pacar,” jawabnya dengan nada
marah tak karuan.
Ia langsung pergi
meninggalkan aku yang masih bengong karena tidak tahu menahu duduk
permasalahannya yang sedang terjadi. Maklum saja, kadang-kadang aku lambat loading
untuk masalah yang ginian. Tanpa piker panjang aku pun melanjutkan
pembicaraan dengan Abdul yang selalu sependapat denganku tentang mata kuliah
yang baru saja usai. Walaupun Akupun masih berpikiran tentang apa yang baru saja
di katakan oleh Syarifah.
Aku
tak menampik kalau aku sudah punya pacar dan itupun sudah berlangsung lama. Aku
dan Rahma, pacarku sudah menjalin hubungan selama lebih kurang tiga tahun
lebih. Jadi terasa basi kalau baru di-selamat-in sekarang. Ya sudahlah,
aku gak mau menambah pikiran dengan hal yang tidak penting ini.
***********************************
Setelah
shalat isya, aku masih memanjatkan do’a untuk sang Khalik, tiba-tiba hp-ku
berdering tanda sms masuk. Do’a ku pun berakhir, lalu beranjak ke kamar untuk
melihat siapa gerangan yang mengirim sms itu. Rupanya Ratna sahabatnya Syarifah.
Aku langsung membaca sms-nya, siapa tahu ada berita duka, ataupun ada dosen
yang gak bisa hadir besok pagi.
“Tadi
kok cuek banget sih Akhi sama Syarifah ? Dia sedih tawu !!!” itulah isi sms-nya
“Hahhh..???”
Aku
terheran-heran sendiri, kenapa sedih emang, padahal dia kan orang yang paling
santai di ruangan. Apapun tak di gubrisnya, yang penting happy. Aku pun
berusaha menyelidiki, ada apa hal gerangan yang sedang terjadi. Aku pun
langsung mengetik sms balasan ke Ratna.
“Emangnya kenapa? Kok sedih sih, kan
biasa ajah kali,Buk”. aku masih tak mengerti.
“BukaN
githu akhi,!!!” balas Ratna.
“Jadi,kenapa
emang?” Aku memulai penyelidikan.
“Gimana,
ya. Gini Akhi, sebenarnya dia ada menyimpan rasa sama Akhi. Tapi Akhinya ajah
yang gak pernah tawu kalo dia suka ama Akhi.” Ratna member penjelasan.
“Waaww”
Tak nyangka ane, ckckckck J “, Balasku santai.
“Kok
Ketawa ?” Tanya Ratna sambil
menggumam.
“
Serius ni, Buk? Dia suka ama ane ???
“Serius
hay. Dia itu suka ama Akhi tuh udah sejak beberapa semester yang lalu.
Maklumlah cewek gak berani nunjukin kalo dia suka sama seseorang.”
“Ah,
piker kalipun, bukan urusan ane pun, itu kan urusan hati dia,” ahahahahha.
“Bukan
githu juga kali, gak punya hati bangets sech Akhi ne.
“Suka
sih bole-bole ajah, tapi ane kan udah punya pacar,Buk. Ya apa bole buat. Hanya
saja semua sudah berubah,Buk. Coba kalo dulu ane tawu, mungkin masi bisa
dipertimbangkan. Ckckckckck.” J
“Ya
sudahlah, tapi Akhi harus jaga sikap depan si Syarifah ya. Dan jangan
bilang-bilang kalo Akhi sudah tawu dia suka ama Akhi,Oke !!!!
“Oke,
bisa diatur” Aku mengakhiri sms-ku
dengan Ratna.
“Ingat,
ini Cuma Akhi, Ratna, dan Tuhan yang tawu, ya, Ratna mengingatkanku sekali lagi.
Aku
tidak mempersoalkan tentang perasaan cinta seseorang terhadap aku. Hanya saja
sekarang sudah berubah. Aku sudah mempunyai seorang gadis kecil yang sudah
cukup lama menemaniku susah ataupun senang. Banyak sudah airmata yang aku
curahkan ke bahu Rahma. Tak aku sangsikan apabila ku bandingkan paras Rahma memang tidak secantik
paras Syarifah. Sangatlah jauh, bagaikan langit dan bumi. Banyak abang-abang
letting juga menaruh hati pada Syarifah. Sengaja ataupun tidak, Syarifah selau
menjaga penampilannya agar selalu tampil menarik di kalangan umum. Sekalipun
begitu aku masih tak percaya tentang pa yang di katakan Ratna. Karena selama
ini, Syarifah bersikap biasa saja terhadapku. Aku pun terlelap di peraduanku
malam itu.
********************************
Jumat
yang cerah hari itu, kau pergi kekampus dengan bawaan santai. Sama halnya
seperti biasa. Dalam hatiku ada terlintas perasaan bersalah pada Syarifah
karena aku tak menghiraukan perasaan Syarifah terhadapku. Aku berusaha menjaga
sikap padanya. Tapi sikapku itu lain di terima Syarifah. Tetap saja da
kata-kata “ Ada yang punya pacar, gak bilang-bilang sama kita” terdengar
sayup-sayup di dalam ruangan itu. Aku berusaha pura-pura tak mendengar teriakan
hati tersebut. Satu saja yang ku pegang dan akan ku lakukan hari ini hingga
seterusnya yaitu menjaga silaturrahim sebagai temannya Syarifah yang selalu
setia membantunya.
Terima kasih Syarifah,
engkau telah menyempati diri untuk menyandarkan hati kepadaku. Aku mengahargai
itu Syarifah. Semoga engkau mendapati hati yang lain yang lebih subur daripada
hatiku. Love You, Syarifah………………!!!!!!!!!!!
Comments
Post a Comment