Just Because Everything Changing part II
Apa
yang benar dan mungkin kemarin, hari ini dipertanyakan dan mungkin esok bisa
salah.
Image : sharyrus.blogspot.com
|
Dua
hari setelah lebaran Idul Adha, masih banyak orang yang mengunjungi sanak
familinya. Ada yang sekedar untuk bersalam-salaman, ada juga yang ingin melepas
rindu karena lama tak bersua. Ada juga yang bersilaturrahmi karena ingin
menguburkan dosa masa lalu karena sebuah pertikaian. Banyak ragam insan merayakan hari besar Islam nan indah itu. Lain halnya dengan diriku, aku hanya
terdiam sendiri di rumah. Aku menunggu kunjungan orang lain saja karena memang
rumah keluargaku adalah tempat berkumpul keluarga besar kami.
Jam
menunjukkan pukul lima sore, terlihat masih banyak tamu yang bergentayangan di
ruang tamuku. Aku tak ambil peduli, setelah bersalaman aku langsung mengasingkan
diri ke kamar tidurku. Biasanya aku hanya bisa sms-an ataupun facebook-an
seharian suntuk di ruangan 5x4 tersebut. Hari ini ada yang berbeda, di dalam
pengasinganku ini tiba-tiba hadir sebuah sms dari Syarifah. Bak Guntur di siang
bolong yang menghantam bumi, aku terkejut bukan kepayang. Jarang-jarang
Syarifah meng-sms aku, apalagi siang-siang begini.
“Lagi
ngapain, Akhi ?” begitu tanyanya dalam sms itu.
Wow,
aku berfikir dalam hati. Beruntung sekali hari raya kali ini, dapat sms dari Syarifah
gitu lho !!! Aku langsung membalasnya di bumbui dengan beberapa kata selamat
hari raya.
“Lagi
nungguin tamu,nich Ifa” balasku dengan membumbui sms-nya dengan beberapa kata
ucapan selamat lebaran.
“Owh,
banyak ya tamunya !! Gak kemana-mana Akhi lebaran nih”,timpalnya.
“Iya
Ifa, lumayan. Kan rumah Akhi, rumah induk tempat ngumpul keluarga besar Akhi, ya
gitu deh, belum sempat kemana-mana pun kali ini,” jawabku.
“Kasihan
deh Akhi-nya. Kami lagi jalan-jalan nih” balasnya sambil ngeledek aku.
“Biarin,
kan enak di rumah. Bisa tidur-tiduran. Eh, jalan-jalan sama siapa Ifa,?” Tanya
ku seraya menyelidiki.
“Jalan-jalan
sama saudara sepupu, Min!! Kenapa emang?”jawabnya kecut.
“Amin
piker, jalan-jalan ma pacarnya Ifa” balasku sambil memancing dengan ledekan. :P
“Bukan
hai, akhi. Pacar Ifa gak ada di sini, dia di negeri seberang. LDR kami, tapi
mungkin juga gak akan bertahan lama. Bulan lalu dia berencana untuk lamar Ifa,
tapi Ifa-nya yang gak mau, karena masih muda, ” jelasnya rinci.
“Owh,
githu ya.” Jawabku santai tanpa berperasaan apa-apa.
“Ya
sudahlah akhi ya, Ifa sudah nyampe ke rumah nech,” Syarifah mengakhiri smsnya.
Tak
terasa mentari pun mulai menarik selimutnya di ufuk barat. Rupanya sudah hampir
magrib, waktu begitu cepat berlalu. Tiada lagi sms dari Syarifah, aku bergegas
berkemas menuju kamar mandi untuk bersiap ke mesjid.
************************************************
Kata orang, kalau ada gadis yang
curhat kepada pria bisa jadi dia menaruh perasaan terhadap pria itu. Aku sih
tak ambil peduli dengan pendapat ini. Bagiku, semua sama saja. Banyak
sahabat-sahabatku yang berucap demikian, setiap cewek akan sukarela
menceritakan semua isi hatinya pada seseorang yang ia menaruh perasaan. Baik
itu tentang kehidupan pribadi dia, pacarnya, ataupun keluarganya. Apa mungkin, ya?? Pikir ku dalam hati,
seingatku banyak juga gadis-gadis yang curhat setiap hari pada aku. Kan gak
mungkin semua gadis menaruh perasaan padaku. Apa mungkin Syarifah menyimpan
perasaan tersebut terhadapku? Itu masi kabur pada saat itu.
Yang
penting hari ini aku sudah punya pacar yang selalu setia padaku. Rahma adalah
wanita yang beruntung itu yang kini menemani hidupku. Parasnya cantik, manis,
mengerti semua kebutuhan hidupku. Dia juga bisa menjadi calon ibu yang kuat untuk
anak-anakku kelak setelah menikah, Insya
Allah. Bagiku, Rahma adalah sosok wanita yang sangat ku idamkan dari dulu, ketika masih
kami duduk di bangku SMA. Walaupun kami berbeda sekolah, kami sering berjumpa.
Tak jarang pula kami ketahuan oleh orangtua Rahma. Banyak waktu yang kami
habiskan bersama sejak sebelum ataupun sesudah mengikat janji setia akan selalu
bersama dikala senang dan susah.
************************************************
Awal
kuliah kembali semuanya terlihat biasa saja. Kembalilah tugas yang menghadang
gerak kami untuk menamatkan kuliah. Belum lagi beberapa deadline tulisan yang
harus di selesaikan segera. Syarifah juga bersikap seperti biasa, tak ada yang
berubah. Kami sering bercanda bahkan melebihi batas. Setelah Syarifah curhat
tentang pacarnya yang hendak meminang, aku sering menanyakan kelanjutan cerita
itu. Syarifah terkadang marah kalau aku bertanya tentang kelanjutan kisah
assmaranya itu.
“Gak,
usah Tanya-tanya itu lagi. Ifa mau selasain kuliahku dulu. Gak mau mikir dia
lagi” jawabnya.
“Kalau
Ifa sudah tamat kuliah, Akhi pun boleh datang ke rumah untuk minang Ifa, Oke !!
tandasnya sambil berlalu dari hadapanku.
“Seriuskah
dirimu, Ifa??” jawabku dengan nada bercanda.
“Iyaaaaaaa,
serius !!!!!
“Sipppp
banget, Fa. Tenang aja !!!!!!!! Cihuy…
Comments
Post a Comment