Kampus Impian

Hari ini UIN Ar-Raniry seperti biasa. Di sibukkan dengan berbagai aktifitas civitas akademika dan mahasiswanya. Dikantin Jamiah, terlihat sangat ramai. Banyak mahasiswa di sana yang sedang membaca berbagai macam buku sebagai referensi. Ada yang terbitan lokal, nasional bahkan luar negeri seperti dari Malaysia hingga belahan bumi Eropa. Di tengah-tengah mereka juga terdapat beberapa professor yang senantiasa berdiskusi hebat tentang berbagai macam persoalan. Peserta diskusi tidak ada batasan mulai dari mahasiswa tingkat awal hingga akhir. Sangat alot. Sekali-kali mereka -para profesor-  mengernyitkan kening melihat mahasiswanya yang semakin hari semakin maju. Seakan ilmu yang mereka miliki terasa kurang ketika menjawab banyak pertanyaan juga pernyataan kritis mahasiswanya. Diskusi semakin hidup ketika beberapa argumen saling di adu. Seraya mahasiswa dan professor membolak-balikan lembaran kertas referensi untuk mempertahankan argumen demi menstimulasi jejaring sel otak demi mentranfer ilmu yang berkah.
            Di tempat lain seperti di fakultas Tarbiyah juga fakultas Syariah terlihat sepeda berjejeran di parkiran. Tidak satu pun terlihat sepeda motor apalagi mobil mewah yang berani masuk ke sana. Semua sepeda milik mahasiswa dan tenaga pengajar itu mempunyai tanda, “Satu Solusi, Kurangi Polusi”.
            Masuk ke ruang belajar, terlihat pengajar yang sedang menjelaskan materi kuliah dengan mengunakan layar infokus yang menggelantung di langit-langit ruangan. Semua mereka berpakaian rapi, sopan, dan anggun sehingga sangat memperlihatkan keindahan agama Islam yang mereka anut. Tidak ada seorang pun mahasiswi yang memakai baju transparan sampai ke pangkal tangan. Apalagi mahasiswi yang memakai pakaian yang memperlihatkan bayangan lainnya.
            Berjalan menuju ruangan akademik, di sana terpampang jelas sebuah pesan, “Merokoklah Hingga Ajal Menjemput”. Para penghuni ruang tersebut rata-rata adalah anak muda yang sangat peduli terhadap kesehatan. Walaupun pendingin ruangan sering dimatikan, mereka tidak pernah mengotori ruangan itu dengan asap rokok. Terasa sangat dingin walau tanpa pendingin.
            Lain halnya dengan pustaka, hampir saban hari dipenuhi oleh manusia pecinta ilmu. Mulai dari mahasiswa tingkat awal hingga para tenaga pengajar. Tujuannya hanya satu, belajar, mencari referensi dan lain sebagainya. Di hadapan mereka selalu terdapat paling kurang tiga sampai empat buku. Mereka terlihat begitu larut dalam lautan ilmu.
            Setali tiga uang dengan Auditorium Ali Hajsmi. Setiap malam minggu dan malam senin selalu dipenuhi oleh kegiatan mahasiswa. Ada berbagai kegiatan mulai penampilan tari, nonton bareng film-film ternama garapan mahasiswa itu sendiri dan banyak kreativitas lainnya. Tidak kurang dari lima ratus penonton selalu menempati kursi yang disediakan panitia. Jika pun suasana malam memperlihatkan mendungnya, tidak menjadi halangan bagi para mahasiswa dan tetamu untuk menghadiri acara rutin di auditorium tersebut. Bahkan tetamu dari luar kota pun sering memesan tempat khusus demi menghadiri kegiatan ini. Banyak di antara para tetamu tersebut memanfaatkan acara ini untuk waktu melepas kusut dan penat rutinitas dunia kerja.
            Berbicara masalah museum, museum Safwan Idris menjadi salah satu tempat wisata sejarah terfavorit baik untuk turis lokal, naasional maupun mancanegara. Setiap akhir bulan terlihat banyak peneliti-peneliti berambut pirang berlalu lalang keluar dari dalam museum. Tujuannya hanya satu, mencari referensi tentang berbagai peninggalan sejarah khususnya sejarah Aceh. Tak jarang pula mereka larut dalam diskusi yang khusus di gelar oleh mahasiswa di ruang teater museum. Standing applause dari para peneliti berambut pirang untuk para mahasiswa khususnya jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam adalah hal yang sangat lumrah terjadi.
            Terkait dengan pengelolaan keuangan, para pegawai selalu berlaku jujur dan sangat transparan. Ini dikarenakan mereka taat beragama, bahkan banyak di antara mereka yang hafidh 30 juz. Pengelolaan pelayanan administrasinya pun semua sudah terkomputerisasi dan sangat memuaskan para mahasiswa.
            Satu hal lagi, mengenai pemerintahan mahasiswa, setiap tahunnya Ketua Dewan Mahasiswa UIN Ar-Raniry atau yang dikenal dengan Presiden Mahasiswa selalu menjadi pembicara tetap di setiap konferensi berskala nasional. Dan ketika ada persoalan yang menghampiri roda organisasinya, mereka selalu berdiskusi dengan kepala dingin. Mereka -Ketua beserta jajarannya- sangat dewasa dalam menyikapi masalah dan sangat paham akan norma-norma kesopanan dan keteraturan.  
            Begitulah UIN Ar-Raniry impian saya juga impian teman-teman lainnya. Ini bukan hanya sekedar cerita dongeng belaka. Saya menulis ini sebagai sebuah catatan yang kemudian di impikan oleh setiap mahasiswa/i dan berusaha mewujudkannya di kehidupan nyata. Wujudkan impian ini demi UIN Ar-Raniry kita bersama.

Comments

Popular posts from this blog

(Karena) Lelaki itu Tukang Olah

Jampok

Bansa Teuleubeh +