Gadis Berparas Hindi part I

www.arrahmah.com
India itu apa? India itu bagaimana? Berapa kali kau sudah pergi ke India? Dan kenapa harus dia yang berwajah India yang kau idamkan?
Pertanyaan itu bertubi-tubi menghujami mukanya.  Dia sama sekali tidak bisa mengelak. Tepat terjun bebas di wajah kusamnya. Deretan tanda tanya itu bukan untuk pertama kalinya ditendang ke indera pendengarnya. Sudah tak terhitung. Namun dia masih saja betah untuk mendengarnya. Tidak ada tanda-tanda dendam ataupun kesal yang tersirat ketika dia dihadang oleh pertanyaan itu. 
            Sambil berbalik badan dan dengan selalu tersenyum dia menatap si penanya. Tampak mulutnya komat-kamit memberi penjelasan santai. Gambaran yang diberikan sangatlah jelas. Lancar dan jelas. Kalau petanyaan-pertanyaan itu di ujiankan, dia pasti mendapat nilai sempurna. Kecuali satu pertanyaan, tentang gadis India. Tidak ada jawaban sama sekali.
            ****
            Namaku Rahman. Lelaki biasa dari balik gunung yang jauh dari suasana kota. Aku terlahir sebagai orang kampung, tapi tidak kampungan. Setidaknya begitu. Jam terbang perantauanku sudah mencapai kepala dua. Sejak lulus sekolah dasar, aku sudah sering berpindah-pindah. Keadaan ini juga membuat sekolahku berubah menjadi sekolah nomaden.
            Sekarang, di usia perantauan yang ke dua puluh, aku sedang mencari calon pendamping. Aku merasa sudah cukup berpetualang di negeri orang. Aku sudah sangat merasa lelah dengan kesendirian. Juga sudah cukup matang untuk membina hubungan keluarga.
             Selama dua puluh tahun juga, aku sudah cukup banyak mengenal perempuan. Mulai dari yang berprofesi sebagai kuli tinta hingga juru masak restoran ternama. Dari yang orangtuanya pegawai biasa hingga anak pejabat yang punya kuasa.semua sudah ku coba untuk membangun hubungan. Namun tidak ada yang bertahan lama. Tapi diantara sekian banyak perempuan yang aku kenal, ada satu yang kurasa cocok dengan kehidupanku. Siapakah dia? Dulu, aku masih merahasiakannya dari semua orang. Bahkan pada teman terdekatku. Aku selalu mengelak untuk berterus terang. Hingga tibalah saat ini, aku akan menceritakannya kepada dunia.
            Gadis ini, tidak terlalu putih. Tidak seperti model yang berperawakan tinggi. Juga bukan gadis yang suka hura-hura seperti kebanyakan. Pendiam, pemalu, hanya kepada orang terdekat ia terkadang bisa terbuka. Dia sangat beda dari gadis kebanyakan. Gadis ini selalu menganggapku sebagai abangnya. Dia taat beragama. Berprofesi sebagai seorang guru di salah satu sekolah ternama di daerahnya.
            Aku mengenalnya tiga tahun yang lalu. Tepat dibawah pohon pinus tempat aku memarkirkan kendaraan kerjaku. Waktu itu, ketika aku memarkirkan mobilku, aku melihatnya dari kejauhan. Ia sedang larut dalam sebuah pembicaraan dengan beberapa temannya. Tanpa sengaja, aku memperhatikan dia. Cara dia berbicara sangat menarik hatiku. Dan yang lebih penting, gadis ini mewarisi paras India yang sangat khas. Dari ketidaksengajaan itu aku serasa terpenjara oleh lautan asmaranya.
            Sejak saat itu, aku mulai mencari tahu tentang dia. Mulailah aku menjadi detektif dadakan. Mencari semua tentang kehidupan gadis India itu. Setelah beberapa minggu aku mengumpulkan informasi, akhirnya aku berkenalan dengannya. Namanya Sarah. Anak seorang pengusaha. Sekarang ia bekerja sebagai seorang guru di sekolah menengah atas. Penerimaan yang bagus di awal berkenalan menjadi modal berharga untuk hubungan selanjutnya.
              Kami sudah semakin dekat. Puncaknya ketika aku ditugaskan untuk mengunjungi sekolahnya. Ceritanya, di sekolahnya saat itu sedang diadakan acara perpisahan siswa kelas tiga. Aku di undangnya untuk hadir pada acara tersebut. Di sanalah aku mulai merasa memiliki banyak kecocokan dengannya. Baik dari cara bersosial juga tentang cara memperlakukan orang lain. Aku memperhatikan sampai sejauh itu.
            Setelah acara perpisahan itu, dalam beberapa kesempatan yang lain, aku juga diundang kerumahnya. Aku berkenalan dengan keluarganya. Walaupun hanya sebatas teman biasa. Namun itu sangatlah berarti bagiku. Aku tidak menampik, kalau aku benar-benar ingin mengkolaborasikan kehidupanku dengannya suatu saat kelak. Tentunya aku tidak pernah tahu bagaimana keputusan Tuhan, paling tidak aku sudah berencana.
            Setahun sudah aku berhubungan dengannya. Aku sudah dianggapnya seperti abang kandungnya sendiri. Aku juga menganggap dengan hal setimpal. Yang penting aku bisa dekat dengannya sedemikian rupa. Aku menjulukinya sebagai adik terbaik. Dia sangat senang kuberikan sebutan demikian.
            Aku memang menyebutnya sebagai adik terbaik. Pun begitu, harapan untuk bisa bersanding dengannya tetap masih menyala kuat. Belum terbersit niatku untuk mematikan benih cinta yang ku tanam beberapa waktu silam. Bahkan sekarang benih itu sudah tumbuh dengan suburnya di hati terdalamku.
            Sampailah pada suatu kesempatan, dia mengajakku untuk berkumpul bersama teman-teman gurunya. Katanya, ia membuat syukuran atas keberhasilannya selama ini. Aku mengiyakan ajakan itu dengan penuh antusias. Alih-alih bisa terus dekat menemani hari-hari indahnya. Karena memang itu yang ku inginkan.
            Kami pun berkumpul di salah satu cafĂ©. Ada beberapa laki-laki dan perempuan di sana. Suasana ceria tersaji dengan gamblangnya. Aku pun larut dalam suasana itu. Tawa canda saling bercampur aduk. Tidak ada satupun yang tidak membuka mulut untuk bicara. Hingga, dia –si gadis India- angkat bicara. Memperkenalkan lelaki yang duduk di hadapannya akan menikahinya bulan depan. Aku melihat ke wajahnya. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Lidahku kelu. Kaku. Terdiam seribu bahasa. Aku tidak menyangka kalau selama ini kedekatanku dengannya tidak ada bekas apapun. Dia sudah memilih, dan lelaki di sampingku itu yang terpilih.
            *****
            Sejak saat itulah dia selalu termenung memikirkan gadis Indianya. Dia sudah berikrar dalam dada, kalau ia hanya akan menikahi gadis berparas India. Bagaimanapun adanya. Semenjak itu pula, ia banyak menghabiskan waktunya dengan banyak film Bollywood. Juga sudah bisa berkomunikasi dengan bahasa india secara pasif. Tentang gadis India, sekarang ia tak tahu rimbanya. Terakhir ia mendengar kabar, kalau gadisnya sudah mempunyai dua anak perempuan yang sangat jelita. Mewarisi dua per tiga paras ibunya.  

Comments

  1. Mantab bg lanjutkan...
    ayo dukung Komunitas Blogger UIN Ar-Raniry

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

(Karena) Lelaki itu Tukang Olah

Jampok

Bansa Teuleubeh +