Ini Soal Gaya

http://www.grosirjilbabmurah.net/
Banyak sudah hal yang kita lewati di dunia ini. apabila sekarang kita berumur dua puluh tahun, paling kurang lima belas tahun kita lewati dengan sadar. Kita mungkin masih bisa merekam memori lama. Baik itu memori indah maupun yang suram sekalipun. Kita semua akan mengaminkan pendapat itu. Kenangan tidak hanya untuk sekedar di kenang, namun untuk di bandingkan menuju aktualisasi dan perbaikan diri.
Ah, sebenarnya bukan itu yang ingin saya tulis hari ini. Bukan tentang kenangan suram, bukan juga tentang kenangan yang manis. Tidak sama sekali tentang dua hal itu. Tapi ini tentang kita hari ini. tentang bagaimana kita mengaktualisasi diri menjadi lebih baik hari ini. Anggaplah sepuluh tahun silam, ketika kita belum mengenal yang namanya media sosial modern. Tingkah polah kita masih biasa saja. Ini murni pendapat saya, mungkin dipengaruhi pergaulan saya yang jauh dari hiruk pikuk kota. Maka inilah yang akan saya kemukakan dalam tulisan ini.
            *****
            Dulu kita hanya mengenal kamera biasa, lazimnya kita menyebutnya dengan sustel, ada juga yang menyebut tustel atau apalah namanya. dan yang lebih lazim itu ketika kita ingin di foto, pasti kita menyebut salah satu nama perusahaan kamera itu sendiri.
            “Ka KODAK lon sigee”.
            Saat itu kita belum mengenal kamera instant 360, atau pun teknik editan photoshop. Bahkan imajinasi gaya selfie pun belum direncanakan lahir. Apalagi tongkatnya. Ya begitulah keadaan kita saat itu.
            Zaman pun kian berubah, wabah teknologi kian meraja lela. Untuk mengambil foto sangatlah instant. Bahkan untuk berpose ria, kita bisa menjepret sampai puluhan bahkan ratusan dalam sekejap mata. Kalau tidak suka langsung di bumi hapuskan.
            “Ahh, pipiku kelihatan tembem. Hapus aja”.
            “Ini kurang senyum, pencahayaannya juga kurang. Hapus aja”.
            Serba instan bukan ? Jepret hapus, hapus jepret. Untuk memperindah foto juga tidak butuh waktu yang lama. Hanya tinggal pilih menu, langsung jadi. Mau buram, hitam putih, orange, hijau, merah, ungu, juga blawu. Tergantung pilihan kita. Sangat mudah, dan cepat.
            Lalu berbicara tentang penutup kepala alias jilbab. Dulu, sebelum adanya peraturan macam-macam dari pemerintah, cara memakai jilbab gadis-gadis kita masih normal-normal saja. Yang terjadi sekarang adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Walaupun banyak peraturan dengan pasal berlapis, jilbab juga berevolusi berlapis-lapis. Saya bukannya ingin membandingkan apalgi menyalahkan aturan pemerintah. Tidak sama sekali.
           
            Tentang evolusi jilbab, dulu hanya kait segitiga yang di sejajarkan lalu di kaitkan dengan jarum peniti atau pun bros sederhana. Di masa silam, paling banter orang berjilbab, ya jilbab terusan memakai renda motif bunga dan sebagainya. Dan yang lebih penting menutup dada. Bagaimana evolusinya sekarang? Adalah jilbab yang berlapis-lapis. Jarum pentulnya juga berserakan.
            Karena saya ingin mengkritik, maka hal yang negative –menurut saya- akan lebih saya kedepankan. Pertama, hampir semua yang menganeksasi jilbab berlapis modern itu seolah-olah mempunyai rambut yang lebat sehingga memiliki sanggul yang besar. Jikapun tidak memiliki rambut yang lebat, jilbabnya akan di modifikasi sehingga memunculkan sanggul yang besar. Saudara percaya? Kalau tidak sependapat dengan saya, silahkan Saudara mengobservasi di lingkungan saudara, apalagi ketika pesta bahkan wisuda.
            Variasi sanggulnya pun berbeda-beda. Ada yang model punuk kuda, ada juga variasi punuk kuda, bahkan ada variasi punuk burung unta. Bahkan saya pun hampir terbuai dengan sanggul mereka. Namun pikiran itu saya buang jauh-jauh karena lebih baik melihat punuk unta beneran, daripada melihat punuk di kepala mereka.
            Kedua, hampir semua pemakai jilbab berlapis, memperlihatkan dada mereka. Tidak peduli dadanya kecil, sedang maupun besar. Saya tidak berniat untuk membuat tulisan cabul, tapi keadaan lah yang membangunkan saraf saya untuk membuat tulisan “cabul” (khusus bagi yang menganggap tulisan ini cabul). Masih kurang percaya, sekali lagi silahkan observasi dimana saja.
            ******
            Melihat keadaan diatas, ada tiga hal yang menarik untuk di perhatikan, yaitu kamera, sanggul dan dada. Kalau tiga hal tersebut dipersatukan dalam satu wadah maka bisa di sebut dengan sebutan gaya. Gaya masa kini yang melambangkan tingkat modernitas gadis-gadis kita. Tentunya tingkat modernitas di bidang fashion, dan juga pemakaian gadget. Sekali lagi, saya tidak berniat untuk berpikiran cabul, namun keadaan lah yang terlanjur mencabuli saya dengan berbagai piasan dalam realita dunia modern sekarang.

            

Comments

Popular posts from this blog

(Karena) Lelaki itu Tukang Olah

Jampok

Bansa Teuleubeh +