Menulislah Supaya Tenang.
“Menulis itu tidak selalu harus puitis atau
politis. Menulis dengan gaya nyeleneh pun kadang-kadang bisa membawa perubahan besar
untuk lingkungan kita. Menulis itu bukan tentang berapa banyak karakter kata yang kita tulis, tapi tentang seberapa besar pengaruh tulisan kita.”
Ini adalah status penuh saya di Facebook pada
tanggal 11 November 2013. Saya menulis ini adalah tentang kekesalan saya yang
tidak bisa menulis dengan baik. Kecewa. Pada saat itu, benar. Saya kecewa. Namun
di sebalik itu, ada pencerahan yang hadir di balik status itu. Kita menulis
bukan untuk di muat di Koran, bukan untuk di anggap sebagai penulis handal. Tapi
untuk apa juga? Menurut saya menulis itu lebih daripada sekedar bayaran di koran-koran,
atau pun wadah yang membuat kita bisa terhindar dari jurang kemiskinan. Menulis
bagi saya adalah sebuah langkah mempertahankan gagasan agar tetap eksis melalui
kata-kata. Sekarang timbul pertanyaan, bagaimana bisa melahirkan kata-kata yang
tetap eksis sedangkan kemampuan menulis dengan baik dan benar saja tidak kita
punya.
Bagi saya, itu pertanyaan konyol. Menulislah supaya
kamu tahu dimana kekurangan tulisan kamu. Menulislah supaya kamu tahu berapa
banyak buku lagi yang harus kamu persiapkan untuk memoles tulisan kamu. Menulislah
supaya kamu tahu bagaimana rasanya jenuh yang membunuh. Dengan menulis kita
bisa mengetahui kekurangan kita selama ini. dan satu hal yang perlu di catat,
sependek apapun tulisan kita, jika itu berpengaruh atau membawa dampak maka
tulisan kita sudah berhasil mendapat tempat pada khalayak.
Comments
Post a Comment