Ra, Dengarkanlah Saja XI

Ra, Alhamdulillah, lebaran Idhul Fitri kita sangat menyenangkan bukan? Ngomong-ngomong kapan kita akan punya momongan ya? Seperti tetangga sebelah itu lho. Baru dua tahun menikah, sudah punya tiga anak. Kamu jangan berfirasat yang jelek terhadap tetangga kita. kebetulan mereka mempunyai anak kembar tiga, makanya dua tahun bisa langsung punya tiga anak. Bukan karena kecelakaan yang diluar prediksi, Ra. Eh, kamu sudah siapkan barang-barang untuk pulang ke rumah mertua belum? Karena kita akan berangkat pagi-pagi. Petualangan pertama dengan status suami istri. Alhamdulillah.
Perjalanan kita besok akan sangat panjang nan romantik. Betapa tidak, kalau dulu aku sering di temani gadis yang ku anggap teman dekat, nah sekarang aku sudah di temani oleh seorang gadis muslimah yang sudah sah menjadi pendamping di mata agama apalagi di mata negara.
Ra, malam ini aku ingin menikmati kopi buatanmu lagi, Ra. Kopi terbaik dari racikan terbaik oleh pendamping terbaik. Pasti rasa kopinya tetap pahit juga kan? Eh, maaf, rasanya dhahirnya tetap pahit tapi rasa bathiniahnya tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, tetap pahit. Sudahlah jangan cemberut begitu, aku cuma bercanda saja. Sudah, buatkan terus kopi. Cukup segelas saja, kita seruput bersama seperti biasa.
****
Wah, Ra. Terima kasih. Lezat. “Kupi saboh glah, rukok sibak, kueh sikrak. Cukop that meuratse”. Itu jargon ketika aku masih muda. Sewaktu aku belum terlalu dekat denganmu., aku adalah perokok berat. Dan kamu tahu itu kan. Sesekali juga aku curi-curi pandang ketika merokok  untuk menghindari pandanganmu terhadapku. Kamu kan salah satu perempuan yang anti rokok. Jangankan asa, bau saja kamu tidak sanggup menciumnya. Tapi untungnya sekarang aku tidak lagi merokok. Akan tetapi sekali-kali aku kangen pada masa iu, ketika aku mengepulkan asap kenikmatan bersama seteguk kopi Arabica. Jangan cubit aku begitu dong, sakit lho. Aku berhenti merokok bukan karena kamu. Tapi karena janji pada diriku sendiri untuk berhenti total sebelum ijab qabul terjadi. Dan betapa beruntungnya kamu, ketika aku mempersuntingmu aku sudah lepas total dari zat nikotin dan tar yang berlebihan itu.
Ra, rasanya ada yang hambar ya. Entah ada apa yang kurang. Perasaanku ada yang kurang. Yap, benar. Kamu benar sekali, aku lupa menceritakan tentang gadis yang pernah berbalut cinta. Kamu sudah sangat paham rupanya.seperti biasa, aku bercerita bukan untuk menyakitimu, tapi ini sebuah pengakuan dosa masa laluku. Beginilah masa laluku, Ra. Malam ini aku punya cerita yang unik. Begini ceritanya, Ra. Kamu mungkin belum tahu ketika aku kuliah duluaku pernah bekerja pada beberapa event organizer. Tugasnya seperti biasa, menjadi pemasang teratak untuk acara-acara seperti wedding, konser dan sebagainya. Kebanyakannya sih untuk acara wedding. Aku bertemu dengan gadis ini pada saat pemasangan teratak di salah satu rumah klien event organizerku. Aku ketika itu masih sangat lugu, lucu dan belagu. Tepatnya begitu, Ra. Suatu sore kala itu, aku berpapasan dengannya. Tanpa sengaja aku mengedipkan mataku padanya. Dia hanya tersenyum seperti merasa terhibur, senang. Begitulah sekilas perkenalan kami.
Setelah seminggu kemudian aku mulai melakukan pendekatan secara vertikal tergadapnya. Kebetulan kami sempat bertukar nomor handphone juga lho. Bukan perkara susah untuk mendapatkan sebuah nomor handphone perempuan bagiku, Ra. Hehehe. Tidak butuh waktu lama untuk mendekatkan kami. Hampir sebulan sudah kedekatanku dengannya. Dia bercerita panjang lebar. Aku yang hanya tukang pasang teratak bisa berkomunikasi secara terbuka dengan gadis gedongan kan hal yang luar biasa. Aku tidak pernah membuka identitasku sebagai mahasiswa kala itu. Menurut ceritanya, keluarganya adalah keluarga terpandang di lingkungannya. Dia mempunyai seorang abang yang kuliah di universitas ternama di ibukota sana. Juga mempunyai seorang adik yang tiap tahunnya menjadi juara kelas. Bagaimana dengan dia? Dia adalah lulusan terbaik pada angkatannya ketika SMA dulu. Sekarang -pada saat itu- gadis itu masih menduduki semester pertama bangku kuliah. Menyambung ceritanya, dia mempunyai beberapa cita-cita yang dia pendam selama ini, seperti ingin menjelajah beberapa tempat bersejarah di Amerika, juga tempat-tempat klasik abad pertengahan di Eropa. Begitu katanya. Aku Cuma bisa tersenyum saja betapa tidak, untuk membayangkan saja aku tidak mampu, apalagi menjelajah ke sana.
Kami sudah semakin dekat. Kami juga sudah sering berdiskusi di beberapa café. Sebagai tukang pasang teratak, aku mempunyai kemapuan di atas rata-rata untuk mendiskusikan penyelesaian tugas yang di miliki oleh gadis itu. Saat bertemu dengannya aku tidak pernah merubah penampilanku. Tetap lusuh, dengan sebatang rokok yang asapnya selalu mengepul di mulutku. Walaupun dia mempermasalahkannya, aku bisa berdalih. Aku hanya sebagai seorang pemasang teratak, yang kehidupannya keras.
****
Setelah beberapa bulan, akhirnya hubungan kami pun mulai merenggang. Penyebabnya dia sudah mulai sibuk dengan perkuliahannya. Begitu juga aku. Aku sudah sibuk dengan kuliah tahap akhirku. Terakhir kami bertemu adalah pada hari raya idhul adha setelah dua tahun berkenalan di acara wedding kala itu. Ra, kamu perlu tahu, kami menghabiskan waktu bersama selama 2 kali hari raya idhul fitri dan dua kali hari raya idhul adha. Setelah itu kami tidak pernah berkomunikasi secara intens kecuali kami setahun dua kali. Ya, benar. Kami berkomunikasi di setiap dua hari raya tersebut. Walaupun hanya sekedar mengirim ucapan mohon maaf lahir bathin. Di sela-sela itu, aku juga sering di suruh ke rumahnya untuk bertemu keluarganya. Dan berkali-kali juga aku menolaknya dengan berbagai alasan.
Namun sekarang tidak ada lagi ucapan mohon maaf lahir bathin itu, karena dia sudah punya keluarga sendiri yang sangat bahagia, ku dengar begitu. Dan aku sudah menikah dengan kamu, gadis cantik yang selalu setia menemaniku untuk meneguk segelas kopi dengan penuh kasih sayang.
Kamu tahu tidak, Ra. Kopinya terlalu manis malam ini, semanis berkah idhul fitri hari ini. Maafkan kesalahanku ya, Ra.

Comments

Popular posts from this blog

(Karena) Lelaki itu Tukang Olah

Jampok

Bansa Teuleubeh +