Iya. Selamat
Amin dan Tara masih beradu pandang. Mata sipitnya sekali-kali memainkan nada yang sama. Sambil memalingkan muka. Masih terlihat rasa sayang di balik cemoohan klasiknya. Sesekali nafas panjang dihela. Mereka masih berbicara. Tentang masa depan, kehidupan yang penuh angan. Tidak ada yang pasti dengan bahasan angan dan kenangan mereka. Mereka kembali beradu pandang. Tidak secara sengaja. Tapi tepat mengena antara kedua ujung cahaya mata. “Kamu memandangku?” “Tidak”. Sedikit terkekeh malu, lalu membuang pandangan lagi. Dan saling memandang kembali. Lagi, mereka membuka pembicaraan yang lain. Mulut mereka seakan tiada berhenti bergerak. Tara sedikit meraih botol airnya. Sambil menegak sedikit air penahan dahaga. Mereka kembali alot dalm pembicaraannya. Tidak ada yang jelas apa yang mereka perbincangkan. **** Tara sudah berada di sana sejak 2 jam yang lalu. Duduk menyendiri di pojok meja. Dengan sebundel kertas tebal di pangkunya.