Syamshea : Mucikari Negeri Syariah

Tepat pukul 10 pagi ini aku sudah menjadi sarjana ilmu ekonomi. Aku sangat bangga pada keberhasilanku. Kini aku punya nama Syamsiah,SE. Paling kurang begitu. Sarjana ekonomi, atau paling tidak menjadi Sarjana Esek-esek. Jangan salah menilai pekerjaanku. Secara ilmu ekonomi, aku sudah menerapkan ilmu yang kupelajari di masyarakat. Aku adalah penyedia jasa lendir, untuk dinikmati oleh pelanggan setiaku. Makanya, jangan sepele kan pekerjaanku ini.
            ****
Pekerjaan sebagai model sudah lama kutinggalkan. Aku sudah mulai fokus menjadi PSK. Menjadi PSK lebih menjanjikan. Selain bisa mengenal konglomerat, juga  memuaskan bathin. Tanpa harus nikah, langsung kawin. Dan kawin pun di bayar. Tidak seperti kebanyakan orang yang harus menunggu waktu yang pas untuk kawin.
Sekarang aku sudah mempunyai pelanggan tetap yang harus kulayani sebulan dua kali. Berbicara bayaran, sudah barang tentu di atas rata-rata. Sebagai primadona di dunia ini, aku patut mendapat bayaran tinggi. Karena pelayananku yang memikat, mereka tidak segan-segan untuk mengajakku ke luar kota. Bahkan aku sudah menikmati mewahnya kota Jakarta, sejuknya kota Bandung, juga hiruk pikuk kota Medan. Pelangganku mengatakan, perjalanan itu sebagai studi banding. Aku laksana wakil rakyat. Mereka menghambur-hamburkan uang rakyat namun tanpa hasil. Sedangkan aku, studi banding dengan menggunakan uang wakil rakyat. Selain mendapatkan hasil jasmani, juga hasil rohani.
Sebuah keberhasilan yang tiada bayangan sebelumnya. Ketika aku kecil, Jakarta itu hanya ada di sinetron Tersanjung. Dan sekarang aku sudah  mengencingi Jakarta, meniduri Bandung, juga kota Medan. Tentunya bersama wakil rakyat dan juga ekspatriat muda. Hidup aku sudah begitu sempurna.
Tidak pernah terlintas dipikiranku untuk bekerja di bank ataupun sejenisnya. Aku sudah mengaplikasikan ilmu yang kudapat di bangku kuliahan pada pekerjaanku ini. Rauplah untung sebesar-besarnya dengan modal sekecilnya. Ya, aku sudah menerapkan asas tersebut. Aku bekerja 30 menit, mendapat bayaran 3 juta. Wah, sungguh indah.
            ******
Setelah sekian lama aku menggeluti dunia prostitusi dengan hasil yang lumayan, sekarang aku mendapatkan tugas baru dari majikanku. Tugas baru yang sangat menantang adrenalinku. Yaitu menjadi mucikari. Menjadi mucikari memang tidak semenarik menjadi psk. Tapi menjadi mucikari di negeri syariah adalah nilai lebih dari profesi ini. Tidak sembarang orang berani mucukari di daerah ini. Untuk menjadi psk saja susah bukan kepalang. Ini menjadi germo? Wow. Aku mengemban tugas ini bukan tanpa alasan. Tantangan baru merupakan api penyulut semangatku. Tugas yang sangat mulia bagiku. Bagaimana tidak, seorang germo harus mampu mengayomi para psk muda. Walaupun juga bukan tanggung jawab germo sepenuhnya. Tapi untuk kelangsungan bisnis lendir ini, germo adalah otak di balik kesuksesan seorang PSK.
Tugas pertamaku adalah mengorbitkan beberapa “anak” baru di salonku dulu. Ada yang dari luar kota juga. Tia dari Medan dan Novi dari Jambi. Keduanya sama-sama korban pelecehan seksual pada awalnya. Namun karena ingin lari dari trauma mereka beralih ke bisnis esek-esek ini. mereka hanya tamat SMU, dan mengadu nasib untuk menjadi Sarjana Esek-esek seperti aku sekarang. 
Mengenai paras keduanya, cukup aduhai. Novi punya bodi yang aduhai juga Tia punya paras seperti boneka Barbie. Sangat imut. Dan semua mata yang melihatnya akan terseret-seret ke dunia lain. Aku yakin itu. “Tidak rugi mereka disuplai dari luar kota,” pikirku saat itu.

Aku sudah mulai menelepon beberapa pelanggan lama ku. Aku menawarkan mereka juga ke beberapa mantan pacarku. Tak apalah menurutku. Saling berbagi rezeki dan kenikmatan. Dan setelah mendapatkan pelanggan, mereka mulai membuat janji. Aku yang menetapkan tarif mereka. Sebagai PSK kelas training mereka ku hargai 500 ribuan. Yang itu setelah biaya ini itu.
            *****
Melihat kepuasan dari pelanggan, aku semakin bersemangat mengabdi pada bisnis ini. Setiap hari mulai berderingan telepon dari pemakai jasa. Aku juga sudah mengembangkan sayap ke kampus dan sekolah. Bukannya aku jahat. Aku hanya membantu teman-temanku yang membutuhkan kenikmatan dan juga bayaran. Hanya itu saja. Berbagi rezeki, tidak lebih. Setelah beberapa lama, ada beberapa mahasiswi yang “kuliah” di kampus ku. Mereka juga lumayan muda-muda. Yang paling utama adalah paras Aceh yang penuh aura Eropa juga India.
Para mahasiswi ini ku beri kebebasan untuk mencari pelanggan sendiri, tapi mereka harus tunduk pada aturan-aturan manajemenku. Seperti mereka harus menjaga kebugaran tubuh setiap hari. Menjaga tubuh agar selalu singset, juga penampilan. Penampilan harus tetap menawan dan aduhai.
            ******
Karena kedekatanku dengan beberapa pejabat daerah, aku dan anak-anakku tidak pernah tersentuh hukum. Setiap kali adanya razia, kami tidak pernah terjaring. Dan kami pun selalu menjaga kelanggengan hubungan “asmara” dengan pejabat-pejabat kotor itu. Karena bagiku, keselamatan anak-anakku adalah hal yang nomor wahid. Kami semakin leluasa mengarungi hiruk pikuk dunia malam ibukota negeri syariah. Tidak ada alasan untuk berhenti dalam bisnis ini. Syariah itu hanya simbol. Bagi aku, aanak-anaku, dan juga masyarakat luas. Dan namaku semakin harum di sini. The one and only SYAM S.H.E.A : Mucikari Negeri Syariah.




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

(Karena) Lelaki itu Tukang Olah

Jampok

Bansa Teuleubeh +