PhP
Kopi
yang terletak dimeja saya masih terlalu panas untuk diseduh. Disitu terdapat
beberapa macam kue yang duduk manis dalam wadah kecil. Niat hati untuk
mengambil, namun dompet saya terlalu kikir. Saya urungkan niat saya untuk
mengemil. Maklum saja, tingkah mahasiswa tingkat akhir yang sangat sering
cengar cengir. Sekarang saya bukan ingin mempromosikan diri sebagai mahasiswa
tingkat akhir. Hari ini saya ingin menelaah beberapa tingkah laku muda-mudi
dalam merajut cinta. Cinta yang selalu ikhlas dibawa kesana-kemari namun selalu
disalahkan. Tidak banyak di antara kita yag menyalahkna cinta. Padahal si Cinta
sedang asik bermain sulap bersama Uya Kuya.
Pertama
sekali saya dedikasikan tulisan ini untuk teman-teman yang tidak pernah lelah
mengejar cinta sejatinya. Dan juga tulisan ini untuk mereka yang sudah
mempunyai tambatan hati yang kekal (dibaca : menikah). Dewasa ini, telinga kita
sudah sangat lumrah mendengar kata-kata PhP. Professor of Philoshopy. Benarkah
? Bukan itu yang saya maksud. Itu PhD. Walaupun hanya sekedar kata-kata, PhP
itu bukan sembarang makhluk. Makhluk ini sangat berpengetahuan Di
antaranya ada yang sudah menjadi
mahasiswa/i, ada sudah bekerja dikantor-kantor pemerintahan, juga menjadi buruh
kasar. Dan kebanyakan dari makhluk ini masih sekolah tingkat menegah atas.
PhP
adalah sebuah kata-kata yang muncul di dunia maya yang kemudian di gaungkan di
dunia nyata. PhP adalah singkatan dari Pemberi Harapan Palsu. Dalam dunia
asmara, kata-kata ini sangat bisa di jumpai di FB, Twitter dan social media
lainnya. Dan PhP itu sering ditujukan kepada perempuan. Mengapa demikian? Saya
juga kurang paham. Dan tidak salah bukan, saya mengatakan kalau si PhP ini
sering berkeliaran di sekolah, kampus-kampus, dan kantor-kantor dinas
pemerintahan.
Namun
begitu saya tidak ingin melulu menjadikan perempuan sebagai objek yang selalu
disalahkan. Biar adil saya akan mengambil jalan tengah. Saya juga akan
berbicara tentang pria dalam hal PhP ini. saya berpendapat bahwa PhP itu
tidaklah cocok di jadikan akronim dari Pemberi Harapan Palsu. Terlihat sangat
kasar dan terkesan menyalahkan. Dalam pandangan saya, PhP itu lebih cocok
menjadi akronim dari Pekerjaan Halus Pria dan Pekerjaan Halus Perempuan. Bagaimana
menurut Saudara? Lebih halus dan enak didengar bukan ? dan mengapa pula saya
mengatakan itu pekerjaan halus? Alasannya adalah dalam melakukan pekerjaan ini,
Anda akan sangat hati-hati. Saudara juga akan sangat menjaga kenyamanan
“klien”. Ini dilakukan supaya pekerjaan Saudara tidak terbengkalai ditengah perjalanan.
Begitulah sedikit pencerahan.
Saya
berusaha untuk senetral mungkin dalam melihat fenomena PhP ini. Mengapa
demikian ? Realitanya tidaklah sedikit dari kaum adam juga yang suka mem-PhP
kan perempuan yang masih lugu. Saya memberi analogi untuk para pria, khusus
pria bukan setengah pria. Bagi pria yang merasa ganteng, pastinya dia akan
mendekati sebanyak mungkin perempuan yang disukainya. Bahkan ada yang sangat
dekat. Segala perhatian diberikan, segala kekurangan si perempuan berusaha di
tutupinya. Kedekatan tersebut hanya berlandaskan kesenangan belaka. Ini bukan
cinta. Itu yang ada dibenak kebanyakan laki-laki. Namun tidak berlaku demikian
pada perempuan. Sedikit komunikasi yang intens, perhatian yang sedikit
berlebih, sudah di anggap cinta. Ahh, kamu sudah ditipu oleh rasa.
Disisi
perempuan juga berlaku demikian, tidak sedikit juga para lelaki yang tertipu
oleh keberingasan perhatian si perempuan. Apalagi perempuan yang cantik. Sudah
barang tentu, si laki-laki ini meloncat kegirangan. Walaupun itu hanya perasaan
si laki-laki itu belaka. Begitulah kira-kira sedikit gambaran yang bisa saya
berikan dalam masalah Pekerjaan Halus Pria/Perempuan ini. Anda tidak perlu
lulus S2 untuk pekerjaan ini. Anda hanya perlu segudang perhatian, sebungkus
kata-kata mesra, dan seikat cara komunikasi yang baik. Saya yakin Saudara tidak
akan dimutasi ke pekerjaan lainnya. Selamat mencoba !!!
Comments
Post a Comment