Malam dan Manfaatnya
Kita
hidup didunia ini harus sesuai kebutuhan. Semua harus kita atur sedemikian rupa
untuk mencapai impian yang dicitakan. Senuanya butuh proses. Kita semua akan
setuju apabila ada yang mengatakan hidup itu butuh proses. Keberhasilan kita
itu dilihat dari proses, bukan dari hasil. Setiap manusia harus bisa memilah
sesuatu yang dianggap penting dengan yang kurang penting. Tapi dalam hal ini,
saya bukan ingin menggurui Pembaca dalam hala manajerial kehidupan. Karena saya
yakin, Saudara lebih paham dari saya, ataupun pemahamannya setara dengan saya
juga. Kita akan banyak belajar bersama-sama disini. Contohnya saja, saya adalah
mahasiswa yang kurang kuarng berminat dalam hal baca membaca. Jadi saya hanya
membaca sesuai kebutuhan saya. Juga ada contoh mahasiswa yang perokok. Ia membeli
rokok sesuai dengan kebutuhannya. Walaupun ada alasan lain mengapa ia irit
dalam membeli rokok. Alasannya bisa jadi ia merupakan mahasiswa yang sedikit
pelit. Hahahha.
Setiap
orang akan mengaminkan kalau setiap minggu itu
punya tujuh malam yang berbeda. Karena salah satu teman saya bilang,
setiap malam itu dimanfaatkan sesuai kebutuhannya. Karena ketertarikan saya
tentang pendapat tersebut, maka saya ingin menguak sedikit fakta unik di balik
malam-malam itu. Tentunya malam-malam tersebut dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Setiap
malam punya makna tersendiri. Dan setiap orang yang menghabiskan hidup dimalam
itu punya kebutuhan tersendiri. Mari sekarang kita telaah beberapa malam yang
saya kira sanagt ramai dimanfaatkan oleh manusia.
Kita
mulai dari suatu malam yang sangat dinanti oleh muda mudi yang katanya punya
pasangan dating. Atau lebih lumrahnya disebut Pacaran. Hubungan tanpa
ikatan yang menurut Tere Liye merupakan
hubungan illegal dimata Negara apalagi agama. Tapi bukan itu yang saya ingin katakan
disini. Kita melihat orang yang memanfaatkan malam minggu ini adalah
pasangan-pasanag “illegal” itu. Malam minggu adalah “ malam Uroe Raya Kleng” untuk
mereka berdua. Menurut mereka, malam minggu adalah sesuai dengan kebutuhan mereka.
Apabila
hubungan “illegal” itu berlanjut kejenjang pernikahan, maka malam yang
bermanfaat bagi mereka akan loncat dua malam ke belakang. Ya, tentunya saya
tidak perlu menjelaskan malam apakah itu. Semua akan sedikit malu-malu untuk
menyebut malam jum’at. Sudahlah Pembaca, jangan malu-malu lagi. Kita sudah
sama-sama mengerti. Dan Pembaca tulisan ini saya yakin sudah aqil baligh. Semua
orang tahu, kalau malam jum’at itu malam sunnah untuk menunaikan kewajiban yang
agak berat. Berat tapi bermanfaat. Sudahlah jangan senyum-senyum lagi. Lagipula,
apa yang kita kerjakan dimalam tersebut bernilai ibadah kok. Tapi tidak berlaku
untuk Negara kita. Apabila tugas yang kita tunaikan membuahkan hasil, Negara kita
kembali menanggung derita. Itu menurut pendapat Negara kita. Bukan pendapat
saya.
Selanjutnya
apabila kita sudah mempunyai keturunan, saya rasa malam Sabtu adalah malam yang
cocok untuk anak-anak kita. Kita bisa menghabiskan malam sabtu bersama mereka. Tentunya
kita tahu bahwa keesokan harinya adalah akhir pecan. Bagi yang bekerja di
kantor pemerintahan, secara otomatis adalah hari libur. Caranya kita bisa mengajak
mereka untuk sekedar makan diluar, jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Ataupun bisa
hanya sekedar minum kopi di kedai kopi terdekat.
Nah bagaimana dengan kita-kita
mahasiswa yang belum masuk dalam ketiga kelompok diatas. Adik-adik, abang-abang
tidak temasuk kakak-kakak jangan khawatir. Disinilah hebatya kita. Semua malam
itu sama. Kita bisa memanfaatkannya semaunya kita. Tidak ada pacar yang
melarang, tidak ada istri yang menegur. Kita bisa seenak jidat keluar kemana
saja, dengan siapa saja. Asalkan itu sesuai dengan kebutuhan. Ingat sesuai
dengan kebutuhan dan tidak melupakan kewajiaban kita.
Comments
Post a Comment