S-1 Pengangguran? Ahh
Mari
kita telaah bersama, apa yang seharusnya juga yang perlu kita pertimbangkan
kembali. Para pemegang gelar S-1 sudah sangat berserakan, dan kebanyakan
pengangguran. Menurut saya, S-1 pengangguran itu berlaku hanya bagi yang
menganggap kursi PNS sebagai the real
kerja. Jika belum menjadi PNS, belum sah melepas status pengangguran. Ah,
terlalu sempit pemikiran yang demikian.
Pola
pikir yang demikian sebaiknya kita buang jauh-jauh. PNS itu merupakan salah
satu bidang pekerjaan yang membuat produktifitas kita menurun. Kita kurang bisa
berinovasi. Sedikit gambaran, PNS bekerja dari senin sampai jum’at. Mulai kerja
dari pukul 8 sampai pukul 4 sore. Yang kita lakukan hanya itu-itu saja dengan
mengikuti metoda lama. Kapan kita bisa move
on. Dalam bahasa sederhananya yaitu berkembang untuk lebih maju.
Begitu
juga dengan pemikiran, bahwa menjadi PNS, bisa menjamin kesejahteraan dihari
tua. Adanya tunjangan pensiunan dan lainnya. Umur kita tidak menjamin untuk
merasakan tunjangan pensiunan itu. Ya begitulah kita sekarang.
Sekarang
mari kita berpikir sedikit lebih praktis. Kita sebagai alumni bangku kuliahan
harus mampu berpikir lebih jauh. Tugas dari kita adalah mengabdi kepada
masyarakat, sesuai dengan ajaran terakhir dari Tri Dharma perguruan tinggi.
Mengabdi itu sangat luas artinya. Kita bisa melakukan apa saja, asalkan berguna
bagia masyarakat luas. Boleh jadi ketika kuliah, kita salah mengambil jurusan.
Kita tertarik di elektronika, malah terdampar di bidang perbankan. Maka setelah
lulus, jika tidak tertarik dengan perbankan, kita bisa mengembangkan lagi bakat
elektronika kita. Karena orang yang belajar demi pengetahuan, bukan sekedar
ijazah, adalah orang yang luar biasa. Begitulah kesimpulan dari Mr. Phusuk
Wangdu. Jika kamu merasa gembira melakukan suatu pekerjaan, jadikan itu
profesimu. Secara tidak langsung kita sudah punya pekerjaan.
Selain
itu kita harus mampu untuk berinovasi. Kita harus mempu mendobrak keyakinan
didalam masyarakat, lalu menjadikan kita orang yang berbeda. Jangan takut untuk
berbeda, asalkan kita mampu untuk hal itu. Pekerjaan itu ada dimana-mana, hanya
saja kita kurang jeli mengambil kesempatan. Kurang berani mendobrak
kebiasaan-kebiasaan yang apabila ditelusuri sudah ketinggalan zaman.
Dengan
kita mampu mendobrak belenggu itu, kita telah mampu membangun sebuah pekerjaan
baru lalu meminimalisir angka pengangguran. Kita sudah mampu untuk mengabdi
untuk masyarakat sebagai wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Bagaimana
dengan pendapatan gaji dari inovasi ini? Menurut saya, bayaran yang paling berharga
dari sebuah pekerjaan adalah kepuasan. rasa puas tidak mampu di bayar oleh
uang. Seberapa besar pun uang yang kita dapatkan, apabila kita tidak merasa
puas, itu sama sekali tidak berarti. Kita akan selalu dihantui oleh perasaan
tertekan. Yang pada akhirnya, kita bekerja untuk sebuah kepentingan bukan untuk
kepuasan. Bukankah demikian, Kawan?
*"Bukan hanya mahasiswa, penumpang Labi-Labi pun bisa juga salah jurusan." Mulya Bijeh Mata.
Comments
Post a Comment