Bercinta di Jalanan
Jalanan yang dipenuhi
lalu lalang orang baik yang berkendaraan kelas tinggi ataupun rendah. Ada juga
yang hanya berjalan kaki. Tidak pandang
bulu, berbaur menjadi satu kumpulan yang tak terhitung. Tidak pernah sepi,
apalagi di kota-kota besar. Bagi orang kecil, di sanalah kantor mereka. Ada yang
mengamen, meminta sedekah, dan juga ada yang sekedar menjadi penyapu kaca
mobil. Dan karyawan di kantor ini adalah anak-anak, remaja, hingga orang tua
yang sudah beruban. Tujuan mereka bekerja disini adalah untuk memenuhi
kebutuhan jasmani. Sungguh memprihatinkan. Kebanyakan kita secara jelas menutup
mata terhadap pemandangan ini. Celaan, cercaan, hinaan kita alamatkan kepada
pekerja ini.
Jika
kita sedikit berani membuka mata, mereka juga sama seperti kita. Bekerja. Namun
dengan cara yang berbeda. Ini dikarenakan skill yang dimilikinya hanya sekedar memberi
jasa suara, juga memberi jasa pahala. Dan kualitas suaranya, bagi pengamen,
juga tak kalah dengan penyanyi ibukota. Karena
seorang psikolog Rusia, Pavel Semenov, menyimpulkan bahwa manusia memuaskan
kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian
terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional
(sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat
sesuatu yang baru (seni). Dan inilah yang dilakukan oleh (dalam hal ini)
pengamen jalanan. Membangun komunitas lalu melahirkan sebuah seni. Seni bernyanyi
di jalanan sembari mencari sedikit uang. Ya begitulah.
Dalam pandangan saya,
berbeda dengan pandapat umum, jalanan iu penuh cinta dan kasih sayang. Jalanan itu
adalah cara lain untuk memaknai hidup. Bagi mereka yang kurang beruntung
jalanan hanya sementara. Jalanan hanya tempat persinggahan belaka. Jauh di
dalam lubuk hati mereka, ada keinginan untuk berubah.
Sekali waktu, tanpa
sengaja saya disuguhkan sesungging senyuman anak-anak jalanan. Sangat tulus. Tanpa
adanya bumbu tambahan. Tanpa adanya rekayasa. Sambil menyeka keringat
dikeningnya, ia bekerja dengan sepenuh hati. Kejadian ini menunjukkan mereka
juga punya cinta, juga punya etos kerja. Diantaranya juga ada yang secara
sukarela menggendong adiknya yang masih kecil. Sekilas merupakan keterpaksaan,
tapi ini adalah bentuk cinta. Cinta kasih tanpa adanya imbalan. Bagi saya,
gambaran di atas adalah cara lain dari Tuhan memberi kita kabaran tentang
keikhlasan. Kabaran lain tentang memaknai kehidupan. Itulah jalanan, yang
tidak selamanya negatif apabila ditelusuri lebih dalam. Yang tidak selamanya
kelam apabila kita mempunyai sedikit kepedulian. Karena mereka juga makhluk
Tuhan yang ingin mapan.
jalanan itu adalah pilihan bagi seseorang
ReplyDeletejalan yang baikkan atau burukkah
kaya atau miskinkah , semua ada di jalanan.