Transparansi : Sebuah Pandangan.
Transparansi
itu berasal dari kata Transparan yang berarti jelas, gamblang, jernih
bahkan disebutkan juga telanjang. Setelah kata transparan ditambahkan –I maka
akan berarti secara jelas, secara gamblang, dan secara telanjang. Wahh, ini
bahaya menurut saya. Tapi tak mengapa lah. Saya mendapatkan perbendaharaan kosa
kata baru.
Hari ini saya iseng-iseng menonton berita di salah satu televisi swasta. Kebetulan saat itu sedang ada pemberitaan tentang demo menuntut transparansi dalam pemerintahan. Saya memasang mata dan telinag sebaik mungkin. Saya penasaran tentang apa yang dituntut oleh demonstran tersebut. Mereka membawa spanduk yang bertuliskan “ Jangan Bohongi Rakyat Kecil Lagi. Kami Menuntut Transparansi Pemerintah, dst”. Saya langsung melihat ada kata-kata aneh di situ. Yaitu Transparansi. Menurut sebuah kamus yang saya abaca,
Hari ini saya iseng-iseng menonton berita di salah satu televisi swasta. Kebetulan saat itu sedang ada pemberitaan tentang demo menuntut transparansi dalam pemerintahan. Saya memasang mata dan telinag sebaik mungkin. Saya penasaran tentang apa yang dituntut oleh demonstran tersebut. Mereka membawa spanduk yang bertuliskan “ Jangan Bohongi Rakyat Kecil Lagi. Kami Menuntut Transparansi Pemerintah, dst”. Saya langsung melihat ada kata-kata aneh di situ. Yaitu Transparansi. Menurut sebuah kamus yang saya abaca,
Memang
tidak lagi asing ditelinga kita, apabila ada protes-protes “berbayar” selalu
menuntut trasnparansi. Mulai dari transparansi proyek-proyek pemerintahan. Transparansi
keuangan daerah. Kalau kasusnya pada dunia pendidikan, bisa dipastikan tentang
transparansi pemberian beasiswa, transparansi dalam penyaluran dana BOS. Tuntutan
ini di maksudkan supaya adanya kejelasan dan tidak adanya penyalahgunaan
kekuasaan. Adalagi transparansi yang hampir lupa saya sebutkan. Yaitu transparansi
perekrutan CPNS. Ini juga tidak kalah penting yang dimaksudkan untuk
meminimalisir SDM “sampah” di kantor-kantor.
Selaku
orang yang kritis dan ingin berlaku jujur, saya sangat mendukung tuntutan
rekan-rekan dan masyarakat tentang transparansi. Tapi diantara banyak
transparansi, dengan sangat berat hati saya meminta untuk tidak menuntut satu
hal. Sebuah transparansi yang akan berakibat sangat fatal apabila dituntut. Jujur,
hati saya akan menangis apabila teman-teman memaksanya juga. Namun walaupun
Saudara tidak memintanya, transparansi itu sudah berlaku tanpa larangan
apa-apa. Kebanyakan dari kita sudah melakukannya dengan sangat-sanagt baik. Bahkan
tidak perlu dituntut lagi. Transparansi yang saya maksud adalah Transparansi
Berpakaian. Apakah Pembaca setuju dengan saya ? Kalau setuju ya syukur. Kalau tidak
setuju ya tidak masalah juga. Alih-alih cuci mata.
Kita
tidak dapat menafikan,banyak sekali diantara keluarga kita, teman kita, bahkan
anak kita sendiri. Mereka dengan sukarela memakai pakaian yang transparan. Apalagi
itu para gadis remaja tanggung. Pada kebiasaan pakaian yang mereka pakai itu
berbahan dasar sifon. Kebanyakan, bagian yang transparan itu adalah lengan, dan
bagian belakang. Kalau Pembaca tidak percaya silahkan perhatikan. Kalau yang
transparannya bagian lengan, mungkin kita tidak akan berimajinasi yang
macam-macam. Lain ceritanya jika itu bagian belakang. Terlihat jelas warna ikatan
tali “jemuran”. Ada yang merah, biru,
hitam bahkan ada yang coklat (karena usang dimakan zaman). Sungguh “indah”
bukan? Tapi jangan terlalu imajinatif dan jelalatan. Takutnya Saudara dihantam
oleh mobil di jalanan.
Comments
Post a Comment